Kamis, 07 Juni 2012

Yuna

Namanya Yuna, lengkapnya Qurrota Ayyuna. Wajahnya bulat berseri dengan jilbab putih. Senyumnya manis, optimis menatap masa depan. Cita-citanya adalah menjadi dokter. "Cuma takut aja. Aku yakin diluar masih ada orang dan pasti akan ditolong." Jawabnya saat ditanya apa yang dia rasakan saat ada gempa setahun lalu di ranah minang. "Waktu itu aku lagi di Gama, tempat bimbingan belajar, di lantai dua." "Waktu gempa aku langsung turun, tapi waktu ditangga aku tertimpa beton dan baru bisa diselamatkan setelah lima jam." "Nggak sedih si, cuma takut aja." Jawabnya saat ditanya oleh sang reporter sebuah televisi swasta tentang gempa yang terjadi di ranah minang setahun lalu. Yuna benar-benar sosok remaja yang berkarakter. Senyumnya yang cerah dan cara bicaranya yang polos, jujur dan ringan membuat orang yang melihatnya pasti terharu, apalagi saat sang reporter menyingkapkan rok panjangnya yang kosong. Bagaimana tidak, dia harus merelakan kedua kakinya-dari telapakkaki hingga lutut- untuk diamputasi agar nyawanya selamat. Dialah Yuna, remaja korban gempa yang tak kenal putus asa. Diatas kursi roda yang didorong oleh orang tuanya, Yuna terus menatap masa depannya. Dengan fisiknya yang sudah tak sempurna lagi, saat reporter kembali bertanya apakah dia yakin cita-citanya akan tercapai, dengan pasti "Aku yakin tetep bisa jadi dokter." Go Yuna. Indonesia membutuhkan remaja-remaja berkarakter sepertimu.