Siti Nurkhasanah
ambillah hikmah dimanapun ia berada...
Jumat, 07 September 2018
Rumah Demit
Ya Allah..ni yang punya rumah kemana aja coba sampe ni blog ga pernah dikunjungi, ga pernah diisi. Kalo rumha beneran mah ini blig udah full sama golongan demit sangkin lamanya ditinggal sama si empunya rumah?
Lama ga nulis, paling kadang cuma nulis di fb atau di chat wa dalam rangka curcol atau ngomelin suami, hahahaha...
Sekarang lagi kepikiran banget pingin jadi minimalis. Minimalis yang kayak gimana?
Yang rumahnya ga kebanyakan barang, tapi hanya barang yang benar-benar diperlukan
Yang pikirannya hanya dipenuhi oleh hal-hal penting dan sangat penting, yang akan bermanfaat bagi diri sendiri maupun sesama
Yang hatinya hanya terisi Allah dan hal-hal yang akan mendekatkan diri ini padanya
Yang waktunya hanya diisi dengan hal-hal yang baik dan bermanfaat serta terjauh dari sia-sia dan maksiat
Yach kira-kira itulah ya seorang minimalis versi saya. Kira-kira itu juga yang menjadi resolusi bagi saya di tahun baru islam 1440 Hijriyah
Barakallahufiikum semuanya..
Mari berhijrah
Semoga Allah beri kita kekuatan untuk senantiasa memperbaiki diri di tahun baru hijriyah ini
Bercita-cita Menjadi Seorang Minimalis
Kamis, 23 Februari 2017
Tes Kesehatan Hari Ini
Selasa, 21 Februari 2017
Soal telat absen
Sabtu, 18 Februari 2017
Selasa, 13 September 2016
Hilang
Aku mencari hingga lupa diri
Aku menggali, terkubur dan mati
Aku terbang dan hilang
Aku menyelam tenggelam
Aku tak tahu lagi dimana diriku
Aku tersesat dan tak mampu kembali
Aku hilang kendali
Senin, 12 September 2016
Husnudzon pada Sesama Muslim
Salah satu nasehat ustadz yang menurut saya sangat susah untuk dilaksanakan adalah keharusan berbaik sangka pada sesama muslim. Baik sangka atau husnudzon pada sesama muslim adalah sebuah kunci dalam bermuamalah. Baik sangka, tak hanya bermanfaat bagi dia, orang yang kita sangka dengan baik, tapi paling utama manfaatnya adalah bagi diri kita sendiri.
Hm, mudahnya mata, hati, dan lisan ini memberikan 'judgement' yang sering kali lebih mengarah pada sesuatu yang negatif atau su'udzon, berburuk sangka. Lihat si A begini kita berpikir jelek, dengar si B begitu, langsung mikir yang enggak-enggak. Bahkan terkadang cuma baca status di Facebook seseorang kita langsung baper, mewek, dan mengatakan si X bla bla bla lalu kita bikin status tandingan sebagai balasannya. Kamu gitu nggak? Kalo aku pernah banget gitu.
Kalau diri ini lagi waras, trus buka-buka lagi itu fb, ya Allah, aku ngapain sih kemaren? Nurutin emosi sampai ngono banget, gak karu-karuan. Trus manfaatnya apa coba. Ya kalo yang dia tulis itu buat aku, kalau bukan gimana coba? Berprasangka buruk saja sudah dosa, apalagi membalasnya dengan hal yang jelas-jelas gak baiknya. Benar memang apa kata Nabi, bahwa sebagian prasangka itu dosa. Lha wong di pengadilan aja, selama belum ada bukti yang memberatkan pelaku, berlaku asas praduga tak bersalah -maaf kalau salah istilah,maklum, bukan orang hukum, hanya seorang mak-mak rempong saja. Kita kok menghakimi Saudara kita dengan asumsi-asumsi kita sendiri yang kita gak tahu bener enggaknya.
Banyakin istighfar ya, jangan mikir yang enggak-enggak. Kita ini kan cuma manusia super biasa, mata cuma dua, telinga juga. Tapi kita punya mata hati. Asahlah ketajamannya. Arahkan pandangan mata hati ini hanya pada hal yang baik-baik, agar tak sempat mikir yang jelek-jelek. Paling tidak meminimalisasi yang jelek-jelek itu. Jika setidaknya sehari 100 kali berburuk sangka, maka kurangilah intensitasnya, sedikit demi sedikit. Ganti dengan berbaik sangka. Keburukan yang diiringi dengan kebaikan, insya Allah lama-lama akan terkubur oleh kebaikan. Gitu kan ya?
Ingat ya, jangan cuma mikir, tapi juga dzikir, agar nafsu dan makhluq jahat tak mudah menggelincirkan kita.
#menulisadalahmengingatkandirisendiri
#bukanorangbaiktapiberharapadayangtergerakuntukberbuatbaikdengantulisanini, kepedean ada yang baca apa?
#ngetagdirisendiriaja
Selamat Idul Adha 1437 Hijriyah
Taqobballahu minna waminkum