Senin, 25 Juni 2012

Petualangan Afifah di Kampung Main Cipulir


Afifah in the air...
Lagi musim liburan ni, enaknya kemana ya? Yang murah meriah aja. Kalau ada yang sedang mencari tempat liburan untuk keluarga yang murah meriah dan masih di Jakarta, saya merekomendasikan Kampung Main Cipulir. Cipulir,ternyata tidak hanya memiliki ITC untuk berwisata belanja, tapi juga punya KMC. Kemarin hari minggu, 24 Juni 2012 saya, suami dan Afifah baru saja kesana. Awalnya adalah rihlah kelompok pengajian pekanan saya, tapi dilanjutkan dengan acara bebas.
Kalo dari Bintaro, untuk sampai di KMC dengan menggunakan sepeda motor di hari Minggu jam 9an, kurang lebih dibutuhkan waktu setengah jam. Alhamdulillah perjalanan kami saat itu lancar, tak menemui kemacetan. Kami lebih memilih lewat TPU Tanah Kusir belok kiri di perumahan Jl. Bendi, lalu keluar di SESKOAL. Dari SESKOAL, menyeberang ke arah Cidodol hingga melewati sekolah Muhammadiyah. Satu blok lagi setelah Muhammadiyah, belok kiri terus hingga masuk ke komplek mewah, saya tidak tahu itu komplek apa. Tepat di perkampungan setelah komplek yang saya maksud, itulah lokasi KMC. Kalau menurut sebuah website, alamat KMC adalah sebagai berikut :
Belakang Komp. Cipulir Permai/Cipta Sarana
Jl. Masjid Cidodol, Gg. H. Sairi No. 1A Grogol Selatan
Kebayoran Lama, Jakarta Selatan
Telp. 021 7202868
HTM untuk KMC adalah Rp7.000,00. Anak mulai usia tiga tahun sudah harus membeli tiket masuk. Kemaren saya membeli tiket terusan untuk Afifah seharga Rp35.000,00. Menurut petugas loket, tiket terusan bisa digunakan untuk outbond anak, ATV motor dan flying fox. Saat saya masuk ke dalam, suasana saat itu ramai karena memang musimnya liburan anak sekolah. Banyak gubug-gubug dipenuhi oleh rombongan mulai dari PAUD, TK, SD hingga SMP. Ada juga gubug yang dipenuhi oleh rombongan keluarga. Banyak fasilitas yang bisa dinikmati di KMC. Ada kolam renang, outbond anak, outbond dewasa, flying foxz, berkuda, mendayung, bola gelinding di air, dan lain-lain. Soal makan tak perlu khawatir kelaparan, ada PUJASERA disana dengan menu bakso, mie ayam, pecel, rujak, jus, teh botol, pop ice dan sejenisnya. Ada juga counter Mc Donald disana. Harga makanan disana juga tak terlalu mahal. Semangkuk bakso bisa dinikmati dengan harga Rp7.000,00 dan segelas jus dengan harga yang sama. Cocoklah dengan kocek orang seperti saya…
Dengan tiket terusan di tangan, Afifah memulai petualanggay dengan naik ATV motor bersama Abi. Nabrak-nabrak terus katanya. Sayang saya tak punya dokumentasinya, saat itu kamera dibawa Abi yang sedang menyetit ATV, sementara saya sibuk dengan teman-teman pengajian.
Selesai acara kelompok pengajian, kami sholat dhuhur di mushola KMC. Alhamdulillah air lancar, hanya saja mengantri karena hanya tersedia dua toilet sementara pengunjung begitu ramai, sedang yang lain adalah kamar ganti untuk yang habis berenang. Cukup representatiflah musholanya. Selesai sholat, kami makan di salah satu gubug pujasera dengan menu Mc D-hasil traktiran guru ngaji saya- dan minum teh botol serta jus jambu.
Petualangan dilanjutkan setelah makan siang. Saat outbond. Arena outbond bisa dimasuki dengan tiket Rp10.000,00 jika tak menggunakan tiket terusan. Orang tua yang ingin menemani anaknya outbond pun harus membeli tiket meskipun tidak memanfaatkan wahana outbond. Kurang lebih ada 5 wahana outbond yang kontinyu di areana outbond anak ini. Kebanyakan didominasi dengan jarring-jaring. Ada beberapa orang pemuda-pemudi yang ramah dan siap memandu serta menolong para peserta outbond. Afifah sempat takut saat harus berjalan seperti merayap di atas jaring-jaring. Namun berkat kesigapan om yang memandu dan menjaganya, dukungan Abi yang siap dengan jepretan kameranya, juga teriakan semangat dan doa-doa saya sebagai umminya, Alhamdulillah Afifah berhasil menyelesaikan petualangannya disini. Oiya, ada juga labirin yang terbuat dari pagar-pagar kayu.
Setelah outbond, kami memutuskan menggunakan tiket terusan flying fox. Sempat kecut juga nyali saya saat melihat tangga setinggi dua belas meter. Duh, tinggi banget ya. Jarak tempuh ke titik akhirnya pun lumayan. Entah berapa saya tak tahu. Saya atau Afifah ya? Saya pengen, tapi masih takut diiket-iket perutnya pasca Caesar. Kalo Afifah kan masih unyil banget. Kalo dilihat dari peserta flying fox saat itu, Afifah adalah peserta terkecil dan termuda. Rata-rata peserta adalah anak-anak usia SMP, orang dewasa, dan anak-anak SD. Sedangkan Afifah baru berumur tiga tahun tujuh bulan.
Dalam penantian menunggu giliran, saya sibuk berbisik mengajari Afifah berdoa. Mulut dan hati saya komat-kamit seperti mengucap mantra. Ya Allah, lindungi buah hatiku…
Lumayan lama juga kami mengantri saat itu.Apalagi saat giliran kakak-adik seumuran anak SMP yang menangis di atas karena takut. Kami yang dibawah sampai sibuk meneriaki member semangat agar si anak itu berani. Saya juga sempat menerima telpon dari Ibu saya di kampung sampe ngobrol ngalor-ngidul, namun saya tak berani bercerita kalau Afifah akan melakukan flying fox, bisa-bisa ngomel Nenek Afifah mendengarnya. Kalo Abinya malah sempat sempatnya mengambil telor kutu dari kepala Afifah-duh, malu saya menulis bagian ini.
Akhirnya tibalah giliran Afifah. Dengan gagahnya ia menaiki tangga. Tenang namun pasti meski dua orang anak laki-laki-kira-kira usia sepuluh tahunan-tak sabar dan sibuk meneriakiAfifah agar bergerak lebih cepat. Tapi gimana lagi, namanya juga anak baru tiga tahunan, panjang kakinya aja kalah jauh disbanding mereka. Saat Afifah berada di atas, hati saya sempat mencelos cemas. Namun Alhamdulillah, dengan berdoa hati saya pun tenang kembali. “Pegang talinya ya..” Kata sang pemandu.Afifah hanya mengangguk dan….meluncurlah ia dengan lancarnya. Saya mendengar suara kecilnya berteriak aaaaaaaggghhkkk…..Subhanallah....Alhamdulillah…flying foxnya berhasil. Terima kasih ya Allah atas kesempatan ini. Semoga kelak akan bermanfaat sebagai bekal masa depannya. Afifah terlihat begitu gembira saat sudah dilepas talinya. Kupeluk gadis kecilku, kuciumnya dan kuajak dia untuk “TOS”. Selamat ya Kaka..
Kayaknya cukup sampe sini aja ceritanya. Karena hari sudah sore dan gerimis mulai datang membasahi, kami memutuskan untuk pulang.