Kamis, 05 September 2013 07:48
Ditulis oleh Budi Ashari
Dalam Bahasa Arab, kata keluhan dan aduan diungkap dengan Syakwa (شكوى ). Asal kata ini adalah FathAsy Syakwah
yang berarti membuka bejana kecil. Yaitu, jika bejana kecil itu dibuka
mulutnya maka akan terlihatlah air yang ada di dalamnya. Dan itulah
keluhan. Ia tersimpan dalam hati, tetapi jika telah diungkap dalam
kata-kata maka terbukalah semua yang tersimpan.
Kata Syakwa dalam Al Quran tidak banyak
disebutkan. Hanya 2 kali saja. Sekali lagi, hanya 2 kali saja! Dan
kedua-duanya diungkap dalam bentuk Fi’il Mudhori’ (Kata kerja bentuk sekarang dan yang akan datang). (Lihat Lathoif Quraniyyah, Sholah Abdul Fattah Al Kholidi) 2 kali itu:
1. Firman Allah dalam Surat Yusuf 86:
قَالَ إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى اللَّهِ وَأَعْلَمُ مِنَ اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Dia
(Ya‘qub) menjawab, “Hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan
kesedihanku. Dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui.”
2. Firman Allah dalam Surat Al Mujadilah 1:
قَدْ سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَّتِي تُجَادِلُكَ فِي زَوْجِهَا وَتَشْتَكِيإِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ يَسْمَعُ تَحَاوُرَكُمَا إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ
Sungguh,
Allah telah Mendengar ucapan perempuan yang mengajukan gugatan kepadamu
(Muhammad) tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah, dan
Allah Mendengar percakapan antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha
Mendengar, Maha Melihat.
Ada beberapa pelajaran berharga dari pembahasan ini bagi keluarga muslim:
a. Jangan banyak mengeluh!
Hanya 2 kali saja kata (Syakwa)
ini disebutkan dalam Al Quran. Tak lebih dari itu. Hidup harus tegar.
Berupayalah untuk tetap tegak walau badai melengkungkan punggung ini.
Itulah mengapa Allah menegur sifat buruk manusia yang sering kali
mengeluh.
إِنَّ الْإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا (19) إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا (20) وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا (21)
“Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh.
Apabila dia ditimpa kesusahan dia berkeluh kesah,
dan apabila mendapat kebaikan (harta) dia jadi kikir.” (Qs. Al Ma’arij)
Masalah
dan beban kita tak seberat masalah dan beban Rasulullah. Beliau tidak
banyak mengeluh. Dan tidak setiap masalah harus menjadi bahan keluh
kesah.
b. Jangan Mengeluh Kecuali HANYA Kepada Allah!
Lihatlah kedua kata syakwa di
atas, kedua keluhan hanya kepada Allah. Yang pertama, Nabi Ya’qub yang
mengeluh dan mengadu kepada Allah. Dan yang kedua, wanita yang mengadu
dan mengeluh kepada Allah.
Untuk
kisah yang kedua, sebenarnya wanita itu sedang berbincang dan mengadukan
masalahnya kepada Rasulullah. Tetapi Allah menyebut aduannya kepada
Rasul dengan (تجادلك ). Al Mujadalahberarti debat dan gugatan. Inilah kalimat Khoulah itu:
يَا
رَسُولَ اللَّهِ، أَكَلَ شَبَابِي، ونَثَرت لَهُ بَطْنِي، حَتَّى إِذَا
كَبُرَت سِنِّي، وَانْقَطَعَ وَلَدِي، ظَاهَر مِنِّي، اللَّهُمَّ إِنِّي
أَشْكُو إِلَيْك
Ya Rasululullah,
dia telah memakan usia mudaku, telah aku gelarkan perutku (maksudnya:
anak-anak), hingga ketika telah tua usiaku dan telah terputus
keturunanku, dia mendziharku (mengatakan bahwa aku haram baginya). Ya
Allah, aku mengadukan ini kepada Mu.
Lihatlah
cerdasnya Khoulah. Dan ini layak ditiru. Dia mengadukan masalah kepada
orang yang dipercaya dan bisa menyelesaikan masalah dengan baik. Tetapi,
sebenarnya dia sedang mengadu kepada Allah: Ya Allah, aku mengadukan
ini kepada Mu.
Jadi,
silakan menyampaikan masalah anda. Tetapi hanya kepada orang yang bisa
dipercaya, amanah dan bisa menyelesaikan masalah. Itupun, Allah
menyebutnya hanya bersifat al mujadalah. Karena manusia dengan semua keterbatasannya tak banyak bisa membantu. Mengeluhlah yang sesungguhnya hanya kepada Allah!
Maka,
kebiasaan mengeluh di hadapan khalayak ramai bahkan ‘dinikmati’ oleh
publik, jelas merupakan merupakan bukti masyarakat sakit.
c. Mengeluh Masalah Keluarga
Kedua kata syakwa di atas, berhubungan dengan masalah keluarga. Syakwa yang
pertama, keluhan Nabi Ya’qub tentang anaknya yang telah hilang
bertahun-tahun; Yusuf. Seorang ayah yang mengadu dan mengeluhkan masalah
kehilangan buah hatinya kepada Allah yang Maha Mengetahui.
Syakwa
yang kedua, keluhan Khoulah tentang suaminya tempat ia mengabdikan diri
selama bertahun-tahun dengan baik tetapi berujung pada kalimat
menyakitkan di sisa usia. Seorang istri yang mengadu dan mengeluh
tentang suaminya yang berulah di penghujung usia kepada Allah yang Maha
Mendengar.
Ini salah satu masalah besar bagi kehidupan manusia; keluarga. Masalah yang layak untuk dikeluhkan dalam rangka mencari solusi.
Silakan
mengadu kepada Allah tentang apa saja. Tetapi kepada manusia, hanya
masalah-masalah besar yang tak sanggup lagi kita menanggungnya, yang
perlu diadukan dan dikeluhkan. Jangan mudah mengeluh kepada manusia pada
masalah kecil, karena kita akan jatuh pada masalah yang tak lebih besar
dari itu.
d. Beda Keluhan Laki dan Perempuan
Syakwa pertama adalah keluhan laki-laki (Nabi Ya’qub). Keluhan tentang anaknya, harapan masa depannya.
Syakwa kedua adalah keluhan perempuan (Khoulah). Keluhan tentang suaminya, pemimpin dan sandaran hatinya.
Inilah
salah satu kunci mahal pelajaran parenting. Bagi laki-laki, anak
menempati posisi paling berharga dan begitu menyita perhatiannya.
Sementara bagi perempuan, suami merupakan hal yang paling membahagiakan
atau menyengsarakan. Dalam bahasa yang lebih tepat, Rasul menyampaikan:
pintu surgamu atau nerakamu!
Inilah alur fitrah yang Allah ciptakan dan diberitahukan agar seseorang tahu bagaimana membangun keluarga jannati.
Seorang istri menyiapkan dan mendidik dengan maksimal anak-anaknya.
Karena di tengah kelelahan suami, anak-anak yang menyejukkan pandangan
mata akan menghapus semua penat itu.
Sementara
seorang suami harus memberi sentuhan dan perhatian terbaiknya kepada
istrinya. Karena di tengah kelelahan istri, suami yang menyejukkan
pandangan mata akan menghapus semua penat itu.
Suami
yang membahagiakan istrinya. Istrinya akan mendidik dengan tenaga yang
tak pernah habis. Dengan perhatian dan pendidikan istri sebaik itu, akan
hadir anak-anak istimewa. Dan anak-anak seperti inilah yang membuat
suami terus berkarya dan menjadi pahlawan bagi rumahnya.
Suami ke istri, istri ke anak-anak, anak-anak ke ayah (suami).
Alur fitrah. Andai diketahui banyak keluarga muslim, mudah menghadirkan jannah di setiap rumah, dengan izin Allah.
e. Cukuplah Allah!
Jika
orang beriman mengadukan dan mengeluhkan masalahnya kepada Allah, Dia
menjamin aduan dan keluhan itu diperhatikan dan didengar. Tentu ini
berbeda dengan manusia. Karena lebih sedikit jumlah yang benar-benar
siap mendengar dibandingkan yang malas mendengar atau berpura-pura
peduli terhadap aduan kita.
Bukalah kisah keluhan yang kedua. Surat Al Mujadalah
1; tercantum 4 kali nama Allah dalam satu ayat itu saja dan terdapat 3
kali kata mendengar dengan 3 model kata. Ini memberikan isyarat akan
hadirnya Allah dalam mendengar masalah kita. Ditambah dengan penguatan 3
model kata mendengar yang tercantum 3 kali (سمع), (يسمع), (سميع).
(سمع) adalah kata kerja bentuk lampau yang memastikan bahwa Allah dengan pasti telah mendengar keluhan itu.
(يسمع)
adalah kata kerja bentuk sekarang dan yang akan datang, yang
menunjukkan bahwa Allah sedang mendengar dan terus siap mendengar
keluhan itu.
(سميع) adalah Fa’il
yang menjadi sifat Allah, menyatakan sudah merupakan nama dan sifat
mulia Allah yang tak pernah berganti bahwa Dia telah menetapkan memiliki
sifat mendengar keluhan itu.
Diambil sepenuhnya dari parentingnabawiyah.com
Sebuah situs parenting islami yang sangat saya sukai..karena di dalamnya terdapat begitu banyak ilmu dan hikmah, insya allah sesuai apa yang telah diperintahkan Allah dan RasulNya..