Jumat, 25 September 2009

Lunas


Jangan pernah sekali-kali mencoret-coret tiket pesawat Anda. Yang saya maksud tentu tiket pesawat yg belum terpakai dan tiket fisik. Pasalnya dua tahun yang lalu saya sempat direpotkan oleh coretan pada tiket pesawat saya. Tepatnya si teman sya yang repot. Ceritanya saya pernah meminta tolong kepada teman saya-sepasang suami istri (sebut saja Dewi dan Agus) untuk membelikan tiket pesawat Bengkulu-Jakarta. Beberapa hari sebelum keberangkatan, Dewi saya menelepon Dewi untuk menanyakan apa sudah dapat tiket atau belum.
Sudah ko Na, harganya juga lumayan murah. Tapi sori ya, Maaf ya Na, kemarin aku sempat lupa naro tiket dimana. Yang jelas si masih di kantorku. Nanti dicari deh, insya Allah ketemu. Besok kita ketemuan di bandara jam xx WIB.
Pada hari dan jam yang telah ditentukan, saya datang ke bandara fatmawati bertemu dengan Dewi dan Agus.
"Tiketnya harganya sekian Na.Biar kita aja deh Na yang check in-in. Ada sedikit masalah ni."
"Masalah?"
"Iya, kemarin tiketnya kan ketinggalan di kantorku, terus ternyata ditemuin ma satpam di kantor dan tiketnya ditulisin “lunas” ma Pak Satpam yang nemuin."
"Ha?"
"Iya dikiranya itu tiket udah ga kepake lagi."
"Trus gimana?"
"Udah deh, biar aku dan suamiku yang chek-in, kita nego ke maskapainya."
Aku sempet deg-degan juga. Takut banget tiketku ditolak dan ga bias pulang ke Jakarta. Setelah dialog yang cukup a lot antara Dewi dan Agus Vs maskapai dari maskapai itu, akhirnya mereka keluar.
"Gimana?"
"Alhamdulillah beres Na. Kamu bisa terbang sekarang."
"Trus tadi gimana critanya?"
"Tadi si maskapainya ga mau terima, terus kita nego akhirnya mereka minta uang Rp 50.000,00 karena tiket yang udah ‘lunas’ itu."
"Berarti aku nambah 50rb ke kalian y?"
Sempet kuatir juga, 50rb kan lumayan. Masih bisa dipake buat bayar airport tax kalo di Cengkareng dan bus Damri dari Bandara ke Kampung Rambutan.
"Ga usah de, karena itu keteledoran kita, biar kita aja yang nanggung. Ga usah diganti."
What a friend. Baik banget deh mereka. Aku sih asyik-asyik aja punya temen mereka. Moga Allah beri ganti yang lebih baik buat mereka.

Gitu ceritanya..

Kamis, 24 September 2009

Titip Rindu Untuk Afifah


Hari yang dulu pernah kubayangkan akhirnya datang juga. saat ini aku benar-benar jauh dari anakku, juga suamiku. kami terpisah jarak bengkulu-jakarta. Demi Allah, ini sangat berat dijalani. Apalagi kemarin, saat pertama memasuki rumah. Terlebih komplek rumah dinas yang kutinggali benar-benar sepi karena para penghuninya masih dalam perjalanan arus balik. Oh my God. Sepi benar-benar menyergapku. Dengan segenap keberanian aku buka pintu rumah dan masuk ke dalamnya. Alhamdulillah aman. Terima kasih ya Allah...Saat kunyalakan lampu, terlihat satu persatu isi rumahku yang secara ekonomis bukan tergolong barang-barang berharga, apalgi mewah. Tapi mendadak semua menjadi bernilai dalam anganku. Saat kulihat televisi china-ku, ada bayangan anakku yang sedang menyentuh layar TV, mencoba memegang gambar yang ada dalam kotak kaca itu. saat kulihat ayunan, terbayang anakku yang yang sedang tidur sambil ngedot. Saat kulihat kipas angin miyako-ku, kulihat anakku juga sedang berdiri bermain disana. setiap benda yang ada dirumah memutar memoriku dengan amat jelas. bagaimana tidak, setipa hari benda-benda itu begitu akrab dengan anakku yang suka sekali memainkan, menyentuh atau memanjatnya. kelopak mataku benar-benar panas dibuatnya. apalgi saat aku menelepon mertuaku memberitahukan bahwa aku sudah sampai di rumah dengan selamat. Di seberang sana ada suara rengekan bayi 10 bulan yang begitu akrab denganku. siapalagi kalo bukan afifah. Aku tak sanggup lagi menahan tangis. Aku benar-benar dilanada rindu pada buah hatiku satu-satunya. Rindu yang begitu menyayat. Rindu yang hanya bisa dirasakan oleh para ibu kala anaknya jauh dari mereka. Rindu untuk mencurahkan kasih sayang pada cahaya mata. Aku tak kuat ya Allah. Aku hanya bisa berdoa semoga Engkau segera mengumpulkan kami dalm kebaikan di dunia dan akhirat. Aku titipkan rindu untuk Afifah padaMu ya Allah..


Robbana hablana min azwajina qurrota a'yun waj'alna lil muttaqiina imamaa Robby habli muqimashsholaty wa min dzurriyati robbana wataqobbal du'a Robbana atina fiddunya hasanah wa fil akhiroti khasanah waqina adzabannar