Selasa, 29 Maret 2016

Sesuai tekad dan janji saya kemarin untuk terus berlatih menulis selama seratus hari non stop, hari ini saya kembali menulis. Meski bingung apa yang harus saya tulis disini, saya harus tetap menulis, agar saya bisa menaklukkan diri saya, dan memegang teguh komitmen yang telah saya buat.

Baiklah, kali ini saya ingin menulis tentang "time management" saya mulai dari tadi malam hingga saat ini. Kemaren sore, saya pulang dari kantor sekitar jam 17.30 karena harus menunggu suami. Dua pekan lalu suami dinas luar ke Bali, sehingga terasa sekali berkurangnya kebersamaan kami, dan saya tidak ingin melewatkan waktu berharga ini. Saya kangen duduk berdua dengan suami saya. Sebenarnya saya ingin pulang on time jam 17.00 karena pagi harinya status absensi pagi saya adalah TL2 yang artinya saya mendapatkan diskon alias potongan tunjangan kinerja sebesar 1% dan tidak mendapatkan kompensasi untuk mengganti jam keterlambatan saya karena saya tiba di mesin absensi pada pukul 08.27. Saya dan suami pulang berdua dengan naik mobil kesayangan kami, Karimun Wagon R GL. Sebelum pulang saya telah menyiapkan bekal untuk buka puasa kami. Saya telah membeli nasi goreng di jalan pecenongan dan juga membuat 1L teh manis hangat, disertai juga 2 buah pia legong, oleh-oleh suami dari Bali pekan lalu.
Saat adzan Maghrib berkumandang, kami telah sampai di jembatan roxy mas. Kami batalkan puasa dengan meminum teh manis dan air putih, juga memakan pia legong. Kami berhenti di Rumah Sakit Sumber Waras untuk menunaikan sholat Maghrib, kemudian kami melanjutkan perjalanan sembari memakan bekal yang telah saya siapkan tadi dan kami berhenti lagi di masjid di Seklah Al Azhar Meruya.
Kami tiba di rumah cukup malam, pukul 08.15. Anak-anak terlihat sudah mengantuk sehingga saya segera menyiapkan mereka untuk masuk kamar. Si Ganteng Umar lebih dahulu sampai di alam tidurnya. Si Cantik Sayahnaz meminta dibacakan cerita, dan semalam saya memilih untuk mengajarinya membaca. Si Sulung Afifah sedang tidak enak badan, meminta dibersihkan telinganya dan dipijit. Pukul 22.00 mereka telah pulas semuanya, dan sebenarnya yang paling pertama pulas adalah Abi, kelelahan menyetir.
Usai anak-anak tidur, kami berdua moving ke kamar atas. Kami ingin melatih anak-anak agar bisa tidur di kamar mereka sendiri, apalagi si sulung telah memasuki usia 7 tahun lebih. Sedianya kami juga ingin melakukan kewajiban kami sebagaimana layaknya pasangan suami istri. Namun belum lama kami naik ke atas, terdengar suara langkah di tangga, ternyata si sulung kami telah berada di depan pintu kamar kami. Hihihi...ya gini deh resiko pasangan suami istri yang telah dikaruniai anak-anak. Sering kali kami harus "bertahan" karena gangguan anak-anak. Gak mungkin lah ya kita mengabaikan mereka, sedangakan kita dulu begitu mengharapkan kehadiran mereak di tengah-tengah kita.
Pgi saya bangun saat suami pulang dari sholat berjamaah di musholla. Ini siang banget sebenernya untuk ukuran ibu bekerja yang jarak antara rumah dan kantornya kurang lebih 20km ditambah dengan kemacetan parah dimana-mana. Sesuai janji saya juga, saya sempatkan untuk memasak sayur bening caisim dan tahu isi, untuk sarapan kami berdua, untuk bekal, juga untuk snack tukang, agar lebih hemat. Ujung-ujungnya kami baru keluar dari rumah pukul 06.30 dan sudah pasti bisa ditebak, saya terlambat lagi sampai di knator, sama saja seperti kemarin. Tapi saya merasa puas karena saya telah menghasilkan karya berupa masakan sederhana dan merasa telah mebnghabiskan waktu yang berkualitas bersama anak-anak semalam.
Kini, saatnya asay melakukan planning apa yang akan saya lakukan di rumah.
1. Touch up with the children plus murojaah, anak-anak tidur maksimal pukul 21.30
2. Touch up with the husband, hahaha...
3. Tidur maksimal pukul 23.00
4. Bnagun lebih awal pukul 04.00
5. Fun Cooking time, fastly. The menu is oseng kangkung plus cumi, roti goreng, tempe dan tahu tepung.
6. Berangkat ke kantor keluar dari rumah jam 06.00

Ok. Segitu dulu kiranya. Suami sudah on the way dan saya harus bersiap-siap pulang.

#2nd day 100 hari menulis



Senin, 28 Maret 2016

Manajemen Waktu

Saya lagi googling tentang manajemen waktu ibu bekerja, dan ternyata nemu artikel ini yang menurut saya sangat bermanfaat, realistis, dan logis. Saya memang merasa manajemen waktu saya masih sangat awut-awutan dan sangat harus saya benahi dari sekarang. Semoga saya bisa melakukan perbaikan itu, sedikit-demi sedikit.

Ini link sumbernya http://fh.unpar.ac.id/strategi/strategi7.html

Oh iya, saya mau menantang diri sendiri untuk menulis setiap hari selama 100hari berturut-turut.
Bismillah..dan meskipun di tulisan kali inilebih banyak copy pastenya, bagi saya ini sadalah sebuah awal yang lumayan. One million journey begin with a step, gitu kan ya?

Oke. Saya siap memulainya.

#tantanganmenulis100hari
#1st day

BAB VII 

MENYUSUN MANAJEMEN WAKTU
(TIME-MANAGEMENT)
  1. APA ITU MANAJEMEN WAKTU?
    Manajemen waktu adalah cara yang dapat anda lakukan untuk menyeimbangkan waktu anda untuk kegiatan belajar atau bekerja, bersenang-senang atau bersantai, dan beristirahat secara efektif. Tanpa disadari, setiap saat anda sesungguhnya telah membuat beberapa putusan terkait manajemen waktu. Misal, anda memutuskan kapan akan ke kampus, belajar di rumah, berolah raga, beribadah, mengunjungi perpustakaan, bersantai, berdiskusi dengan teman, berbelanja, dstnya. Semua putusan ini berperan penting di dalam penyusunan strategi manajemen waktu anda.
    Jika anda dapat menyeimbangkan waktu, maka diharapkan hasilnya adalah konsentrasi anda akan meningkat, organisasi waktu anda akan lebih baik, produktifitas akan meningkat, dan terpenting tingkat stress anda akan terkurangi. Dengan menata waktu anda secara lebih baik maka anda akan menemukan keseimbangan antara kapan harus belajar, bekerja, bersantai, dan beristirahat yang akhirnya akan membuat hidup anda sedikit lebih muda dan bahagia.
    Ketika anda merasakan bahwa kerap kali anda terlambat ke kampus, lupa ada kelas yang harus anda hadiri, lupa sama sekali bahwa ada pertemuan tertentu yang harus anda ikuti, membuang-buang waktu tanpa hasil yang jelas, mengerjakan tugas secara terburu-buru karena terpepet oleh dead-line, atau sehari menjelang ujian anda merasa panik karena merasa belum selesai membaca bahan pelajaran, atau tiba-tiba merasa waktu untuk bersantai hilang sehingga menjadi tertekan atau stress, maka itu gejala bahwa anda membutuhkan manajemen waktu yang baik.
  2. ALASAN MENGAPA MANAJEMEN WAKTU MENJADI PENTING
    Mengatur waktu secara rapi dan efektif bukanlah pekerjaan yang mudah apalagi berupaya untuk mentaatinya secara konsisten dan persisten. Sebagai anak muda dan mahasiswa anda pasti akan memiliki sekian banyak kegiatan dan tantangan baru, peran dan sekaligus tanggung jawab serta prioritas lain yang harus anda lakukan. Semua kegiatan dan tuntutan itu akan selalu bersaing merebut waktu dan perhatian anda. Masa adaptasi dari masa remaja yang sebelumnya menjalani pendidikan menengah ke masa dewasa muda yang mulai merintis pendidikan tinggi di perguruan tinggi membuat dan menuntut terjadinya perubahan besar di dalam menata manajemen waktu anda. Perubahan besar itu antara lain karena beberapa hal berikut ini:
    1. Meningkatnya peran dan tanggung jawab untuk belajar mandiri;
    2. Banyaknya aktivitas baru yang harus diikuti, misal olah raga baru, asosiasi mahasiswa dan/atau kelompok belajar baru, kegiatan kemahasiswaan di dalam atau di luar kampus;
    3. Teman-teman dan pengalaman baru;
    4. Tuntutan untuk lebih banyak mengambil putusan mandiri tanpa campur tangan dari orang tua atau keluarga;
    5. Tempat tinggal dan lingkungan baru;
    6. Kebutuhan yang lebih besar untuk misalnya melakukan hal-hal rutin sehari-hari secara mandiri, misal berbelanja, memasak, mencuci, membersihkan kamar, membayar beberapa tagihan rutin;
    7. Mungkin pula anda harus bekerja paruh waktu atau mengurus keluarga yang tinggal bersama anda.

  3. BAGAIMANA CARA MEMPERBAIKI MANAJEMEN WAKTU?
    Kunci dari manajemen waktu adalah perencanaan (planning)! Tanpa ini, anda tidak akan pernah berhasil menata waktu apalagi meraih hasil optimal. Betapapun enggannya anda karena terkesan membosankan, namun menyusun daftar panjang kegiatan ini-itu yang harus dilakukan, menyisihkan waktu sejenak untuk berpikir mana dari daftar itu yang harus dipilih terlebih dahulu untuk dilaksanakan esok hari, lusa, minggu depan atau bulan depan, adalah momen paling kritis bagi anda untuk mengontrol waktu ‘hidup’ anda sendiri.
    Berikut ini langkah-langkah untuk membantu anda menyusun atau menata manajemen waktu:
    1. Buatlah buku agenda atau kalender atau catatan khusus, baik secara manual ataupun elektronik;
    2. Tulis semua tanggal, hari, waktu yang berkaitan dengan kegiatan akademik anda. Misal, tanggal ujian tengah dan akhir semester, tanggal paling akhir menyerahkan tugas kelas, tanggal terakhir batas pembayaran uang kuliah, tanggal perwalian akademik dengan dosen wali, tanggal pendaftaran rencana studi, dstnya;
    3. Tulis semua tanggal, hari, dan waktu untuk kegiatan yang bersifat sosial dan personal. Misal, kapan punya janji untuk konsultasi ke dokter, kapan harus bayar tagihan listrik, tagihan uang sewa kamar, jadwal kompetisi olah raga, jadwal untuk pulang ke rumah orang tua di daerah, atau untuk berkunjung ke sanak famili, dstnya;
    4. Susun prioritas kegiatan yang terdapat di dalam daftar b dan c di atas, mulai dari yang paling utama hingga paling tidak utama, sehingga menghasilkan sebuah jadwal rutin mingguan. Contoh, anda dapat menyusun jadwal dengan membagi serangkaian kegiatan anda ke dalam 4 (empat) kelompok yaitu:
      1. Aktivitas akademik yang sudah ‘fixed’ (sebagai prioritas paling utama):
        • Jadwal kuliah kelas
        • Jadwal praktikum
        • Jadwal ke perpustakaan
        • Jadwal tutorial wajib
        • Jadwal belajar mandiri (di luar kelas) harian
      2. Aktivitas sosial atau personal yang sudah ‘fixed’ (juga sebagai prioritas paling utama):
        • Jadwal rutin makan, minum obat
        • Jam tidur
        • Waktu berolah raga
        • Jadwal beribadah, perjalanan ‘mudik’
        • Merawat hewan peliharaan
      3. Aktivitas akademik pendukung (sebagai prioritas tetapi peringkat di bawah paling utama):
        • Jadwal diskusi kelompok untuk membuat tugas kelas
        • Jadwal mentoring (tentatif alias tidak diwajibkan oleh fakultas)
      4. Aktivitas sosial atau personal pendukung (penting tetapi bukan prioritas utama):
        • Jadwal berkunjung ke sanak famili dan teman
        • Jadwal berbelanja bahan makanan, mencuci pakaian, membersihkan kamar
        • Nonton pertunjukan konser musik, teater, kompetisi olah raga
        • Jadwal ke museum, pertemuan pemuda di lingkungan tempat tinggal
        • Jadwal rapat dalam organisasi kemahasiswaan
        • Jadwal untuk berkomunikasi rutin dengan orang tua yang tidak tinggal serumah dengan anda
    5. Pastikan jadwal rutin mingguan anda itu terdiri dari perpaduan yang seimbang di antara komponen/kelompok di atas. Di titik inilah anda jarus belajar bijak untuk secara hati-hati tapi bersungguh-sungguh memilih mana yang menjadi prioritas pertama, kedua, dan seterusnya. Ingat, bahwa bagaimanapun anda sedang menjalani pendidikan tinggi sehingga sudah layak dan sewajarnya jika anda meletakkan aktivitas nomor 1 di atas di tempat tertinggi. Di sinilah makna penting dari keseimbangan, maksudnya anda harus belajar menyusun jadwal yang isinya seimbang di antara keempat kelompok di atas. Perlu diketahui bahwa tujuan penyusunan jadwal rutin mingguan tersebut bukanlah agar semua aktivitas itu terlaksana, melainkan lebih pada memastikan bahwa hal-hal yang butuh untuk dikerjakan pada akhirnya memang benar anda lakukan.
    6. Pastikan bahwa anda mematuhi jadwal rutin mingguan yang anda susun. Misal, hadir di kelas pada semua perkuliahan, kerjakan tugas dan belajar mandiri yang telah terjadwal, hindari kebiasaan menunda pekerjaan (procrastination).

  4. PEDOMAN MENYUSUN MANAJEMEN WAKTU
    Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh anda sebagai pedoman untuk menyusun manajemen waktu yang baik (selain kelima langkah dalam bagian 3 di atas):
    1. Cukupkan waktu tidur antara 6 - 8 jam/per hari;
    2. Upayakan jadwal aktivitas anda berlangsung antara pukul 06.00 - 22.00 WIB;
    3. Tiap minggu jadwal anda berisi 4 kelompok aktivitas dalam uraian nomor 3 di atas;
    4. Jadwalkan bahwa waktu belajar mandiri anda minimal 20 jam/per minggu (di luar waktu kuliah di kelas);
    5. Rencanakan waktu belajar mandiri maksimum 10 jam/per hari;
    6. Rencanakan waktu belajar mandiri untuk setiap subyek atau topik maksimum 5 jam/per hari;
    7. Selang-seling topik belajar mandiri secara teratur jika anda misalnya memutuskan bahwa dari jam 07.00 hingga 13.00 adalah waktu belajar mandiri (maksudnya anda tidak menghabiskan waktu 6 jam hanya untuk belajar satu topik);
    8. Ketahui diri anda apakah sebagai ‘morning person’, ‘night owl person’, atau ‘late afternoon person’ untuk memastikan bahwa jadwal tersebut sesuai dengan irama kerja dan ‘jam biologis’ anda;
    9. Luangkan waktu untuk istirahat sejenak ditengah waktu belajar (misal, istirahat tidak lebih 10 menit dari setiap jam);
    10. Latih dan biasakan diri anda untuk mengerjakan sesuatu cukup sekali, alias hindari kebiasaan untuk mengulang-ulang. Misal, membaca teks tentang suatu topic sedapat mungkin cukup 1 kali tetapi dengan memastikan anda paham dan ingat apa isinya. Hindari mitos bahwa untuk dapat memahami isi sebuah bacaan, anda harus membacanya 2-3 kali.
    11. Belajar untuk focus atau konsentrasi, tanpa jeda untuk waktu minimal 15-20 menit; kemudian ditingkatkan menjadi focus selama 30-50 menit tanpa jeda. Hal ini diperlukan sekali terutama untuk membantu anda mendengarkan dosen menjelaskan di kelas, mencatat, membaca, dan menulis. Ingat, membaca dan menulis akademik membutuhkan waktu lebih panjang disbanding anda menulis surat biasa, membaca majalah, komik, atau apalagi menulis email, pesan elektronik, twitter atau sejenisnya.
    12. Kadang kala perlu untuk menyusun jadwal mingguan di mana 1 hari di antaranya bersih dari tugas-tugas akademik;
    13. Biasakan untuk melakukan hal-hal kecil dan ‘remeh atau ringan’ di sela-sela waktu istirahat atau ketika anda sedang menunggu sesuatu. Misal, merespon pesan elektronik dapat dilakukan hanya ketika anda istirahat atau ketika anda menunggu untuk bertemu dokter, dosen, mengantri di loket, atau ketika sedang di dalam angkot (tapi, awas dengan telepon seluler anda karena melakukan ini di dalam angkot juga potensial mengundang orang jahat untuk mengganggu anda);
    14. Belajar dan biasakan diri untuk berani menolak ajakan atau mengatakan ‘tidak’ pada teman, sahabat, sanak famili ketika mereka mengundang atau mengajak melakukan satu kegiatan tertentu yang dapat mengacaukan manajemen waktu anda. Demikian pula untuk menolak keluar rumah menjelang hari ujian; atau ajakan untuk melakukan beberapa komitmen secara bersamaan;
    15. Mintalah teman, sahabat, dan sanak famili untuk menghormati manajemen waktu anda juga serta buatlah mereka paham bahwa mereka tidak bisa setiap saat mengganggu anda atau meminta berkomunikasi dengan anda setiap saat semau mereka ketika anda sedang belajar;
    16. Isolasikan diri anda sendiri agar dapat berkonsentrasi atau fokus belajar (membaca atau menulis), dengan misalnya: menutup pintu kamar, mematikan perangkat audio visual, mematikan telepon seluler, berhenti merespon email atau pesan elektronik, twitter, facebook atau sejenisnya;
    17. Bersikap realistik dan cukup fleksibel, jangan kaku. Menyusun jadwal yang amat ketat dan memaksa untuk mematuhinya secara kaku justru dapat membuat anda pada akhirnya menjadi jenuh, dan kehilangan gairah (passionate) belajar sehingga menjadi kontra produktif. Perhatikan pula bahwa kecepatan anda dalam belajar dan mengelola manajemen waktu belajar dapat berubah seiring dengan pertambahan semester. Misal, pada 1-2 semester pertama di bangku perguruan tinggi anda mungkin merasakan amat sulit menyusun manajemen waktu dan berat sekali tuntutan yang harus anda penuhi; tetapi pada semester 3 dan seterusnya anda mungkin akan merasa sedikit lebih longgar, dinamis, dan lebih fleksibel. Hal ini terjadi karena anda sudah terbiasa, mengenal lingkungan lebih baik, mengenali kebiasaan diri sendiri, dan juga anda bertambah dewasa.

  5. BAGAIMANA MENGHINDAR MENJADI PROCRASTINATOR?
    Procrastinator adalah orang yang amat suka menunda pekerjaan hingga jelang hari atau menit akhir dari batas waktu. Tindakan menunda pekerjaan hingga jelang dead-line disebut procrastination. Jika hal ini dibiarkan berlangsung terus menerus jelas akan menjadi kebiasaan belajar yang buruk. Bahkan, kebiasaan ini akan terus membudaya di saat anda sudah bekerja sebagai profesional atau pengemban profesi yang akibatnya adalah kinerja anda tidak akan optimal, stress berat, berdampak buruk pada kesehatan fisik hingga kegagalan. Oleh karena itu, biasakan diri anda untuk tidak menjadi procrastinator. Bagaimana caranya? Beberapa petunjuk berikut ini mungkin dapat anda lakukan:
    1. Biasakan belajar atau bekerja berdasarkan agenda sebab dengan cara ini anda akan menyadari berapa banyak aktivitas dalam sehari yang mampu anda lakukan sesuai kemampuan dan akhirnya anda akan mengetahui bahwa menunda belajar/pekerjaan pada akhirnya tidak akan membantu anda sama sekali.
    2. Jika anda memulai mengerjakan suatu tugas besar seketika pada saat anda merasa siap atau berada di bawah tekanan harus selesai karena esok adalah tenggat waktu penyelesaian, maka memang mungkin anda akan berhasil, tapi ingat tidak selalu akan berhasil.
    3. Jadi, mulailah dari hal kecil sejak awal. Cobalah untuk mengurai atau menjabarkan satu tugas besar menjadi beberapa tahap atau bagian kecil yang memungkinkan anda untuk segera mengerjakannya sedini mungkin. Dengan mengerjakan tugas besar itu bagian demi bagian sejak awal akan menyadarkan anda seberapa besar sesungguhnya tugas itu dan membutuhkan berapa lama waktu untuk menyelesaikannya. Pada akhirnya, ketika jelang tenggat waktu anda menyelesaikannya, maka anda tidak akan merasa terlalu terbebani. Misal, ada ditugasi membuat suatu makalah dengan topik dan tema tertentu yang harus selesai dalam waktu 30 hari. Jika anda menunda mengerjakannya hingga jelang 1 minggu bahkan 2 hari sebelum tenggat waktu habis, anda sama saja dengan bunuh diri! Jika anda berpikir bahwa menulis esai berupa makalah ilmiah itu mudah karena tokh ditulis dalam Bahasa Indonesia, isinya bisa ‘ngarang saja’, bahkan tinggal ‘copy and paste’, maka anda tidak pantas menjadi mahasiswa apalagi kaum intelektual dan profesional. Oleh sebab itu, mulailah dengan mengerjakan hal-hal kecil terlebih dahulu pada hari 1-4 tugas itu diberikan dengan misalnya membuat (a) mind mapping tentang topik dari tugas itu (b) menentukan tema atau argumentasi utama anda untuk makalah itu (c) mengumpulkan bahan pustaka (d) menyeleksi dan mencatat judul-judul bahan pustaka yang nantinya akan menjadi daftar pustaka dalam makalah anda. Lalu pada hari 5 - 10 anda mulai membaca kritis dan membuat catatan terhadap hasil bacaan itu; pada hari 11 - 12 anda harus mulai menyusun sistematika penulisan makalah; pada hari 13 - 18 anda harus mulai menulis dan menyelesaikan draf pertama, hari 19 - 21 merevisi kembali draf pertama untuk memeriksa dan melakukan perbaikan, penambahan atau pengurangan bagian-bagian tertentu terutama masalah tata bahasa, pemilihan kata, kekuatan argumentasi, kelengkapan data, konsistensi dengan tema awal, dsbnya; kemudian hari 22 - 25 anda harus menyelesaikan draf kedua, kemudian hari 26 - 28 anda revisi dan periksa kembali untuk memastikan bahwa makalah anda benar sesuai dengan sistematika penulisan esai mulai dari pengantar hingga simpulan, ketepatan pencantuman referensi berupa catatan kaki dan daftar pustaka, tidak ada kesalahan ketik, pencantuman halaman-nama-nomor mahasiswa anda-nama dosen-kelas, lalu tulis hasilnya untuk menjadi draf ke tiga atau final; hari 29 anda cetak dan/atau jilid dan periksa kerapian dan detil lainnya, lalu serahkan atau kirim lewat email ke dosen kelas. Jadi, bayangkan pekerjaan sebesar dan sepanjang itu tidak mungkin akan anda kerjakan hanya dalam waktu 1 minggu apalagi 2 hari jelang batas waktu berakhir!
    4. Bekerjalah tanpa mengundang kemungkinan ada gangguan, misal matikan pemutar musik, video, telepon seluler, koneksi internet dan sejenisnya yang jelas-jelas dapat mengganggu kosentrasi anda. Jika anda orang yang tergantung pada musik untuk membantu konsentrasi anda, maka lakukan sebaliknya yakni putar perangkat audio anda.
    5. Untuk mengurangi kebosanan, modifikasi sedikit topik belajar anda pada hari itu, misal dengan diselingi baca surat kabar, baca komik, coret coret menggambar suatu obyek, bertanam, memberi makan ikan di kolan/akuarium atau bermain dengan hewan peliharaan anda seperti anjing atau kucing, dsbnya. Hal penting adalah anda ingat bahwa jangan terlena mengerjakan hal-hal ini sehingga lupa topik utama hari itu!

Selasa, 22 Maret 2016

Baca Buku Vs Buka Internet

Usia yang semakin bertambah, jumlah anak yang bertambah, kerjaan di kantor dan dirumah yang juga menyita waktu sering kali menjadi alasan bagiku untuk meninggalkan hobi yang sangat menyenangkan sekaligus bermanfaat ini. Yap, apalagi kalau bukan baca buku. Sebaik-baik teman duduk adalah buku, begitu kata mutiara yang selalu saya ingat dan menjadi salah satu motivasi bagi saya untuk terus membaca buku. Buku adalah jemdela dunia dan juga jendela ilmu, ini juga menyemangati saya agar teru berteman dengan buku, agar terbukalah cakrawala ilmu kita dan juga terbentanglah dunia yang begitu luas di depan mata kita tanpa kita harus beranjak dari tempat duduk kita. 

Hm, disamping beberapa alasan kesibukan yang telah saya sebutkan di paragraf satu yang membuat saya malas membaca buku, juga adanya kehadiran internet dan gadget di tangan kita. Koneksi internet di kantor yang cepat membuat saya bisa surfing dengan mudah membuka banyak tab. Memiliki android yang sebenarnya gak canggih-canggih amat tapi dilengkapi dengan paket internet dan juga modem juga menjadi godaan tersendiri bagi saya. Saya jadi lebih sering memegang HP dibandingkan dengan memegang buku, meskioun saya selalu menyediakan buku di tas saya. Facebook, WA, telegram, BBM, browsing terkadang lebih "memanggil" dibandingkan buku yang sebenarnya sudah saya targetkan untuk di baca. Rasanya waktu saya sangat kurang untuk dapat membaca seluruh pesan yang masuk di jejaring sosial saya. Betapa gadget telah menjadi pencuri waktuku yang sempurna. Di angkot, di kantor, bahkan di rumah.

Oke, mulai sekarang saya mau back to book. Akan saya siapkan buku di tempat-tempat strategis yang pasti akan saya akses dan saya lihat, kapan saja, dimana saja. Di tas kerja, di tempat tidur, di meja kerja, di loker musholla. Paling tidak saya sudah pasang niat dulu, dan semoga niat ini sudah dicatat menjadi sebuah kebaikan dan diaminkan oleh para malaikat sehingga kelak saat saya lupa dan lalai mereka akan mengingatkan saya.

Oia, buat saya, meskipun sama-sama ilmu, membaca buku dengan membaca artikel di internet itu beda banget loh. Kira-kira ini beberapa alasannya.

Membaca buku mengajak kita berpikir lebih sistematis dan lebih fokus. Kalau saya amati, semua buku ditulis oleh penulisnya secara sistematis. Coba deh lihat, ada ga buku yang dimulai dari penutup atau bab inti. Kayanya setahu saya belum ada. Mulai dari cover judul, kata pengantar, daftar isi, bab pendahuluan atau pembuka, bab initi baru kemudian bab penutup yang menyimpulkan dan daftar pustaka yang berisi referensi. Memang sih, banyak juga artikel di internet yang disajikan dengan sistematika yang runtut, namun kadang kita lah yang tergoda untuk mengacak-acaknya. Kayanya ga puas deh kalau cuma buka satu tab saja, merasa rugi karena kan sudah disetting untuk bisa membuka banyak tab dan window. Kalau bisa multi tasking, kenapa harus single tasking. Kira-kira gini yang ada di otak kita saat berselancar di dunia maya. Apalagi buat saya yang ibu bekerja ini. Satu tab buka berita. Satu tab buka blog. Satu tab buka resep masakan. Satu tab buka tentang parenting. Satu tab buka email. Sau tab buka tentang agama. satu tab untuk belanja baju. Satu tab media sosial. Satu tab media sosial. Bahkan masing-masingnya ga  cukup satu tab hingga tak terasa sudah dua puluh tab terbuka dan tiba-tiba saja terjadi rush dan tertutup dengan sendirinya sama si mozilla, hahaha...Nah kalo kayak gitu gimana kita mau fokus coba? Perhatian kita pecah untuk banyak tab atau window atau keduanya yang telah kita buka, namun yang kita baca kadang tidak semuanya. Kita jadi berpikir melompat-lompat karena harus membaca banyak tab dengan tema yang sering kali jauh berbeda.

Membaca buku lebih nyaman di mata. Ya, meskipun tak jarang aku juga baca buku sambil tiduran, tetap saja buta mata saya buku lebih ramah dibandingkan dengan layar PC atau HP yang selalu berkedip mengeluarkan radiasi. Saya kira semua orang memahaminya.

Membaca buku membuat kita berpikir lebih dalam. Buku yang isinya runtut juga seklaigus menyajikan materi yang lebih komprehensif dibandingkan internet yang kadang hanya mengupas sekedarnya sesuai dengan mood penulis. Secara sebuah tulisan di internet tidak sebanyak halaman buku yang untuk menulisnya membutuhkan waktu lebih panjang, pemikiran yang mendalam, bahkan setelah jadi pun harus melalui proses penyuntingan atau editing oleh orang lain. 

Membaca buku membuat kita lebih bertanggung jawab. Secara buku itu bisa kita raba dan kita pegang bentuk fisiknya. Kita bertanggung jawab untuk terus membaca buku itu hingga selesai, dan merasa memiliki hutang saat belum selesai membacanya, meskipun untuk orang seperti saya, membaca sebuah buku membutuhkan waktu yang lama karena kadang saya jenuh ketika harus membaca hanya sebuah buku dari awal hingga akhir. Saya sering menyelinginya dengan membaca buku lain namun kemudian di lain waktu saya akan kembali lagi pada buku yang pertama karena merasa memiliki hutang untuk membacanya lagi hingga selesai. I have to finish what i had started. 
Coba kalau cuma baca di internet, apalagi kalau nemunya artikel yang puaannjaang, seringnya udah males duluan buat baca, apalagi menyelesaikan. Gak mau lah lama-lama baca di PC atau hp kalau kebanyakan. Tinggal klik, ketutup deh, heheheh...Oia, disamping tanggung jawab untuk membaca, membaca buku juga membuat kita lebih bertanggung jawab dalam menyimpannya. Kita akan berhti-hati dalam menyimpan buku agar tidak sampai terlipat, kotor, rusak, basah, sobek, atau hilang. Apalagi kalau bukunya pinjaman dari teman atau perpustakaan. Pasti deh saya akan lebih berhati-hati, dari pada disuruh ganti di belakang hari, kan saya yang bakal rugi. Gitu kan ya?!

Membaca buku lebih menghemat waktu. Coba deh sesekali pasang timer. Berapa sih ketahanan kita membaca buku? Berapa banyak waktu maksimal yang kita habiskan dalam sehari untuk membaca buku? Saya pribadi sih belum pernah melakukannya. Tapi saya merasa belum pernah selama satu jam penuh saya membaca buku. Tapi....kalau buka internet, baik lewat HP atau PC bakalan tahan berjam-jam sampai lupa waktu. Yakin deh. Kamu gitu juga kan?

Kira-kira segini dulu ya...Monggo kalau mau nambahin, dengan senang hati saya akan menerima saran dari para pembaca sekalian. Jadi, yuk kita baca buku lagi...

sumber gambarnya dari sini ya...







Azzamku sebagai istri dan ibu



Sebuah dialog di toilet saat saku sedang mencuci muka pagi ini cukup menyentakku. Dilaog dengan kawan, seorang ibu yang sudah sangat senior yang kurang lebih seumuran dengan Ibu saya. Tentang peran dan tanggung jawab serta kodrat wanita sebagai seorang ibu dan seorang istri, meskipun jugaa seorang pekerja. Tentang memasak, melayani suami, mendidik anak. Bahwa setinggi appaun status kita sebagai pekerja di kantor, setinggi appaun pendidikna kita, sebagai ibu dan istri tanggung jawab itu tetaplahj melekat dan harus dijalani, tak pernah berpindah pada asisten atau kita tak pernah akan setara dengan suami.

Ya Allah ya Robb, usia saya sudah 32 tahun. Saya sudh delapan tahun menikah, sudah Engkau karuiai 3 buah hati. Juga masih Engkau izinkan untyuk membantu suami dalam mencari nafkah. Namun saya merasa saya telah begitu banyak melalaikan tanggung jawab saya sebagi ibu dan istri. Adalah biasa bagi saya meninggalkan anak-anak bekerja tanpa memasak dan memandikan mereka. Aku tahu ini kesalahan besar, namun aku sering merasa kekurangan waktu dengan alas an jarak kantor dan rumah yang cukup jauh. Beberapa kali mencoba tapi kemudian berhenti karena saya terlambat sampai di kantor. Sebenernya adalah karena kami tekat sampai di rumah, telat tidur dan tentu saja telat bangun.

Bismillah, muai hari ini, 22 Maret 2016, saya berazzam untuk lebih meningkatkan peran domestic saya sebagai ibu dan istri. Akan saya perbaiki diri saya dengan terlebih dahulu meluruskan niat karena Allah semata, berdiskusi mencari solusi dengan suami, tidur lebih awal dan bangun lebih pagi, mengambil lebih banyak peran dan tanggung jawab sebagai istri dan ibu yang berfungsi sebagai ratu rumah tangga, pendidik bagi anak-anak, koki, manajer keuangan, dll dan tentu saja dengan tetap bertanggung jawab pada peranku sebagai seorang pns di KPPN Jakarta 4. Jadi tak hanya berbenah saat di rumah, tapi juga di kantor. Yang lebih penting dari itu adalah mencoba menjalani peran sebagai hamba Allah dengan segala kompleksitasnya dimanapun berada dengan lebih bertanggung jawab. Begitu kan ya?!.

Ya Allah bimbinglah kami...