Selasa, 22 Maret 2016

Azzamku sebagai istri dan ibu



Sebuah dialog di toilet saat saku sedang mencuci muka pagi ini cukup menyentakku. Dilaog dengan kawan, seorang ibu yang sudah sangat senior yang kurang lebih seumuran dengan Ibu saya. Tentang peran dan tanggung jawab serta kodrat wanita sebagai seorang ibu dan seorang istri, meskipun jugaa seorang pekerja. Tentang memasak, melayani suami, mendidik anak. Bahwa setinggi appaun status kita sebagai pekerja di kantor, setinggi appaun pendidikna kita, sebagai ibu dan istri tanggung jawab itu tetaplahj melekat dan harus dijalani, tak pernah berpindah pada asisten atau kita tak pernah akan setara dengan suami.

Ya Allah ya Robb, usia saya sudah 32 tahun. Saya sudh delapan tahun menikah, sudah Engkau karuiai 3 buah hati. Juga masih Engkau izinkan untyuk membantu suami dalam mencari nafkah. Namun saya merasa saya telah begitu banyak melalaikan tanggung jawab saya sebagi ibu dan istri. Adalah biasa bagi saya meninggalkan anak-anak bekerja tanpa memasak dan memandikan mereka. Aku tahu ini kesalahan besar, namun aku sering merasa kekurangan waktu dengan alas an jarak kantor dan rumah yang cukup jauh. Beberapa kali mencoba tapi kemudian berhenti karena saya terlambat sampai di kantor. Sebenernya adalah karena kami tekat sampai di rumah, telat tidur dan tentu saja telat bangun.

Bismillah, muai hari ini, 22 Maret 2016, saya berazzam untuk lebih meningkatkan peran domestic saya sebagai ibu dan istri. Akan saya perbaiki diri saya dengan terlebih dahulu meluruskan niat karena Allah semata, berdiskusi mencari solusi dengan suami, tidur lebih awal dan bangun lebih pagi, mengambil lebih banyak peran dan tanggung jawab sebagai istri dan ibu yang berfungsi sebagai ratu rumah tangga, pendidik bagi anak-anak, koki, manajer keuangan, dll dan tentu saja dengan tetap bertanggung jawab pada peranku sebagai seorang pns di KPPN Jakarta 4. Jadi tak hanya berbenah saat di rumah, tapi juga di kantor. Yang lebih penting dari itu adalah mencoba menjalani peran sebagai hamba Allah dengan segala kompleksitasnya dimanapun berada dengan lebih bertanggung jawab. Begitu kan ya?!.

Ya Allah bimbinglah kami...