Rabu, 28 November 2012

Great People


Siapakah orang yang paling hebat di dunia ini? Atau siapakah yang termasuk dalam golongan orang-orang hebat?Penemu atau pahlawankah orang hebat itu? Apakah kita termasuk orang-orang hebat? Let’s see..Kenapa sih orang disebut sebagai orang hebat? Mungkinkah dia menggelari dirinya sendiri atau mengakui dirinya sebagai orang hebat? Ah, sepertinya tidak ya. Kalau itu mah namanya narsis.

Coba ya jawab pertanyaan saya, mana yang lebih hebat, tukang sampah atau dokter? Guru atau PNS kantoran biasa seperti saya? Pasti ada yang menjawab dokter, lalu guru. Tapi apa benar begitu? Ya, dokter memang profesi hebat, demikian juga guru. Di Malaysia, dokter adalah profesi dengan gaji tertinggi dari pemerintah, kemudian dibawahnya adalah guru (coba googling sendiri ya tentang ini).

Kalo versi aku nih ya, hebat tidaknya seseorang tidak hanya diukur dari profesinya semata, tapi ada hal lain yang lebih penting..
1.     Kejujuran - pedagang asongan di pinggir jalan yang jujur jelas lebih hebat dari pejabat yang korup;
2.    Tanggung jawab – Cleasning service yang bertanggung jawab jelas lebih hebat dari anggota dewan yang hanya bisa tidur waktu sidang;

Ini apa artinya? Tentu saja tak lain dan tak bukan siapapun Anda saat ini, berapapun usia Anda, apapun profesi Anda dan kapan serta dimanapun Anda berada Anda bisa menjadi orang hebat. Itu saja.


Rabu, 21 November 2012

saat aku galau

Tanggal tua,tagihan banyak,uang cekak, biaya transport membengkak karena naik ojek sering-sering.ya,saat ini aku sedang galau.galau jjenis ibu rumah tangga dan pekerja tetap yang gajian di awal bulan.memang,penghasilanku tak sedikit namun pengeluaranku pun sangat besar.makin tua tanggal,aku makin galau.kalau sudah begini,aku hanya bisa berdoa "ya allah,cukupkanlah rezeki kami hari ini..".ya,aku hanya meminta untuk hari ini,esok bukan urusanku lagi.dan jika besok tiba aku akan berdoa lagi,meminta dicukupkan rezeki di hari ini.just make it simple,make it easy.love your life,live with love.

Minggu, 18 November 2012

Senin, 29 Oktober 2012

Saat keberatan dipanggil "Ibu"

Ada ga yang masih suka keberatan, gak enak ati, gak suka atau malah benci saat kita (para ibu muda atau yang merasa masih muda atau pun para Young single lady atau yang sudah menikah tapi belum jadi ibu-red) di panggil Ibu? Saya yakin pasti ada, wong saya juga sempat merasakan hal yang sama. Saat ada yang menyapa saya dengan panggilan Ibu Anna, atau Ibu Achmad, langsung saya protes. “Duh, emang saya keliatan tua apa dipanggil Ibu? Umur saya kan belum 30. Emang sih udah menikah dan punya anak, tapi saya lebih seneng kalo dipanggil Mbak.” Itu dulu. Lain dulu lain sekarang. Saya berubah pikiran. Apa salahnya dipanggil Ibu? Toh yang menyapa demikian sama sekali tak bermaksud merendahkan kita dengan sebutan Ibu. Malah bisa jadi sang penyapa justru ingin menghormati kita dengan memanggil kita “Ibu”. Bagaimanalah kita akan dihinakan dengan panggilan “Ibu” sementara Allah Sang Pencipta memuliakan kedudukan seorang Ibu. Masih ragukah kita dengan mulianya “Ibu”? Oke, mari kita tilik satu persatu kemuliaan seorang Ibu. Dimanalah letak surga? Saya kira anak TK pun tahu jawabnya. Surga di bawah telapak kaki Ibu. Ibu, bukan ayah. Ibu, bukan Mbak. Di bawah telapak kaki para Ibulah surga bagi anak-anak yang berbakti kepadanya. Semoga kita dapatkan surga dari telapak kaki para Ibunda kita. Semoga kita juga bisa menjadi surga bagi anak-anak kita. Amin. Siapakah yang lebih patut untuk dimualiakan oleh seorang anak? Jawabnya ada dalam sebuah hadits sahih berikut. Dari Abu Hurairah ra, ia menceritakan, suatu hari ada seorang yang datang kepada Nabi Muhammad SAW seraya bertanya: "Wahai Rasulullah, siapa orang yang paling berhak saya perlakukan dengan baik?" Rasulullah menjawab: "Ibumu!" Orang itu bertanya lagi: "Lalu siapa?" "Ibumu!" jawab Beliau. "Lalu siapa lagi, ya Rasulullah?" tanya orang itu. Beliaupun menjawab "Ibumu!" Selanjutnya orang itu bertanya lagi: "Lalu siapa?" Beliau menjawab: "Ayahmu." (Muttafaqun ‘Alaih). Hadits di atas memerintahkan agar kita senantiasa berbuat baik pada kerabat terutama adalah ibu, lalu ayah. Didahulukannya ibu karena ia telah mengandung, menyusui, mendidik dan tugas berat lainnya. "Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya setelah dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu (Q.S. Luqman:14). Karena beratnya tugas orang tua, maka seorang anak diwajibkan untuk memperlakukan mereka dengan baik, bahkan membantahnya dengan kata-kata "Ah" pun tidak diperkenankan. Lalu buat yang masih gadis atau sudah menikah namun belum punya anak, apakah tidak sebaiknya dipanggil Mbak saja? Anggap saja panggilan “Ibu” yang disematkan di depan anma kita adalah suatu doa yang akan benar-benar membawa kita pada kemuliaan seorang Ibu. Artinya buat yang belum menikah pun, saat dipanggil Ibu, berarti sedang didoakan semoga lekas mendapatkan jodoh dan keturunan. Begitu kira-kira. Wallahu a’lam bishhowwab.

Selasa, 23 Oktober 2012

Antara Marah dan Memaafkan

Beberapa waktu lalu di suatu pagi, saya dihadapkan pada suatu situasi yang benar-benar tidak saya sukai. Pagi-pagi setelah bersalaman dengan mesin handkey, saya dipanggil oleh seorang ibu-yang merupakan salah seorang atasan di kantor namun bukan atasan langsung saya. Tanpa sebab yang jelas, saya dipanggil ke ruang kerjanya, diundang untuk sebuah sarapan pagi yang "sangat mengenyangkan". Bagaimana tidak, selama hampir satu setengah jam saya diceramahi tentang banyak hal yang saya rasa tidak sepenuhnya benar-meski tidak sepenuhnya salah-dan menyangkut hal-hal yang menurut saya adalah privasi alias hal yang sifatnya pribadi. Panjang lebar saya diberi wejangan yang menurut saya sangat "nylekit" apalagi diucapkan dengan nada tinggi dan menunjuk-nunjuk. I really hate this, begitu teriak hati saya saat itu. Saya tak diberi kesempatan untuk melakukan semacam hal "pembelaan diri". Kalaupun ada, saya bukanlah tipe orang yang bisa dengan mudah menyela pembicaraan orang tua yang ada di hadapan saya. Alhasil, saya terus diberondong dengan kata-kata si Ibu yang "nancep" di hati saya laksana sebuah paku yang ditancapkan pada sebuah tiang kayu. Meski mencoba menahan emosi, ternyata sepertinya saya "sakit hati" dengan kata-kata yang beliau ucapkan. Malam dan keesokan harinya saya benar-benar sakit karena hal itu. Saya mengelami asma akut yang cukup menyesakkan dada sayakarena terus memikirkan kata kata beliau. Sungguh, saya membuktikan bahwa sakit hati bisa menyebabkan sakit fisik, karena hatilah komponen utama yang mengendalikan raga. Hati, akal dan raga. Itulah dimensi kita sebagai manusia. Hati saya sakit, lalu saya berpikir bahwa badan saya juga sakit.And I am what i am thinking, so then i got the sickness. Ya, saya memang tipe pemikir yang tidak bisa dengan begitu saja cuek bebek dengan kata-kata orang lain yang ditujukan pada saya. Kembali pada paku-paku yang menancap pada tiang kayu. Saat ini sayalah yang sedang menjadi tiang kayu. Rasa sakit karena paku-paku yang menancap itu, membuat saya kemudian berpikir bagaimana agar paku-paku itu lepas dari saya. Saya pikir tak ada gunanya membiarkan paku-paku itu terus menancap pada diri saya. Saat ini saya sedang melepaskan paku-paku itu dengan cara yang paling mudah sekaligus berat bagi orang yang sedang dilanda kesal seperti saya. Cara yang saya maksud tak lain dan tak bukan adalah M E M A A F K A N. Dengan memaafkan, saya mencoba melepaskan diri dari paku-paku yang tidak saya inginkan itu. Subhanallah, hasilnya sangat jitu. Subhanallah, laksana alat pencabut paku yang hebat, satu per satu bahkan semua paku itu lepas dari tiang kayu. Tapi ada satu masalah yang belum terselesaikan. Tahukan Anda apa itu? Meski seluruh paku tercabut, namun ternyata bekas tancapan paku-paku itu menyisakan lubang-lubang yang mengurangi keindahan tiang kayu itu. Mungkin bisa saya analogikan begini. Kelihatannya, si Ibu yang sudah bercasciscus marah tadi telah lupa dengan kemarahannya pada saya.Terlihat beliau bisa tersenyum dan ngobrol seperti biasa dengan saya. Saya pun telah memaafkannya. Okelah, beliau memang tak marah lagi pada saya, tapi apa yang terjadi pada saya? Memang saya telah memaafkannya, toh itu terjadi karena kehendak Allah dan sudah berlalu. Tapi saya berusaha menghindar jika harus bertemu dengan beliau. Tarauma? Mungkin. Siapalah saya, hanya manuasia biasa. Lalu tiba-tiba saya teringat dengan sahabat Nabiyang dijamin masuk surga karena setiap malam sebelum tidur beliau selalu memaafkan dan mengikhlaskanorang-orang yang telah menyakitinya sepanjang hari itu. Sepertinya sepele ya. Ternyata bukan perkara mudah ketika kita dihadapkan pada situasi yang mengharuskan kita mempraktekkan kebiasaan sahabat tersebut. Itu saja ya, semoga bermanfaat. Mari intrsopeksi diri, pikir-pikir sebelum marah dan berusahalah sekuat hati untuk memaafkan orang yang telah mendzalimi kita. Ikhlas, sabar, dan ridho lah atas segala ketentuanNya (ya Allah, berat banget rasanya...maaf cuma bisa omdo). Semoga kita bisa membersamai sahabat Nabi yang mulia yang saya ceritakan tadi. Amin. Wallahu a'lam bishowwab.

Senin, 01 Oktober 2012

Aku dan Al Quran

Duh, lagi kerja tapi pikiran malah melompat ingin menulis. Daripada lupa, mending dicicil nulisnya, mengikat makana yang berserak. Mudah-mudahan ada manfaatnya. Kemarin, tanggal 11 Ramadhan, saya mengkhatamkan Al Quran untuk pertama kalinya di bulan Romadhon ini. Entah kenapa saat saya membaca doa khatam Al Quran yang ada di bagian belakang mushaf, ada gerimis yang menyejukkan membasahai hati ini. Tiba-tiba saya merasa bahwa Qur’anlah sebenar-benar penolong bagi saya. Quranlah satu-satunya yang akan menyelamatkan saya di hari ketika tak ada lagi yang mampu menjadi penyelamat. Quran lah yang akan menemani dan menerangi saya di dalam pekatnya alam kubur saya nanti. Quran lah yang akan selalu memberi putunjuk kea rah jalan yang benar dalam setiap langkah kehidupan saya. Tapi apa yang telah saya perbuat dengan Al Quran?Membaca hanya sedikit saja rasanya mata sudah sepet. Padahal saya betah berjam-jam memelototi laptop atau computer untuk berinternet ria. Mentadabburi? Tidak juga. Hanya saat mendengar pengajian atau membaca artikel Islami saya sedikit mentadabburinya. Menghafal apalagi. Saya menghafal hanya karena saya wajib menyetorkan hafalan saya di akhir pekan. Itupun sangat sedikit dang ga nambah-nambah. Dengan segala keterbatasan kemampuan, kemalasan dan banyak lagi hal lainnya, saat ini saya ingin anak-anak saya menjadi hafidz/hafidhoh atau penghapal Al Quran. Siapalah saya ini, entah harta atau keahlian apa yang dapat saya berikan kepada anak-anak saya sebagai bekal hidupnya nanti. Saya bukan ibu yang full of skill dengan keterampilan wanita. Saya juga sangat terbatas ilmunya, baru sampai D3. Harta hanya sedikit dibanding kebutuhan anak-anak nanti di masa depan. Oleh karenanya, saya ingin membekali mereka dengan Al Quran. Kenapa harus Al Quran? Ya, harus. Quran itu kan firman Allah, sang Maha Pencipta, sang Maha Berkehendak, sang Maha Sempurna. Saya yakin jika dengan menghafal Alquran, maka hati, jiwa dan raga kita akan selalu connect dengan Allah. Bayangkan jika seorang pelayan selalu connect dengan Tuang yang dilayaninya. Pastilah sang pelayan akan selalu berhati-hati dalam mengerjakan tugasnya karena selalu merasa diawasi. Pastilah dia akan selalu melakukan yang terbaik bagi yang ia layani. Sang Tuan pun pasti akan suka dengan sang pelayan karena ia selalu taat pada perintahnya. Dan hasilnya, tentu saja bila sang pelayan meminta sesuatu, pastilah Sang Tuan tak berkeberatan memberikannya. Gaji, THR, Tunjangan Kesehatan dan segala insentif lainnya akan menjadi haknya. Ini baru connect dengan manusia lho ya...Coba bayangkan kalau kita selalu connect dengan Sang Maha Pencipta. Jika kita selalu connect dengan Sang Maha Kuasa, tentu saja segala urusan akan dipermudah olehnya. Doa-doa diijabah, kesulitan dimudahkan, kesempitan dilapangkan, dan yang pasti kita akan merasakan ketenangan. Yang lain ngumpat karena macet ditengah panas terik, kita adem ayem aja dan jalan dikasih lancar. Yang lain rejekinya seret, kita akan selalu diberikan jalan keluar dari arah yang tidak disangka-sangka, bahakan dengan gaji bulanan kita yang pas-pasan untuk mencicil ini dan itu. Lalu apa ya hubungannya semua ini dengan Al Quran? Hubungannya baik-baik saja. Eh, maksud saya sangat erat. Ya, sangat erat hubungannya antara Al Quran dengan kemudahan hidup kita. Siapa yang tak tahu Al Quran, saya yakin semua tahu, kitab suci umat Islam. Kitab suci lho ya, gak main-main. La yamassuhu illal muthoharun, dan tidaklah diperbolehkan untuk menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan. Kitab suci itu bukan buku atau kitab sembarangan. Kitab suci Al Quran juga bukan hasil karangan seseorang, termasuk Nabi Muhammad. Al Quran sesungguhnya adalah firman Allah. Artinya semua isi Al Quran adalah kata-kata Allah, bukan kata-kata manusia. Firman Allah adalah aturan hidup kita, sumber dari segala sumber hukum. Tiada yang luput darinya. Dengan begitu jelas Allah menerangkan segala hukumnya di dalam Al Quran. Al Quranlah petunjuk hidup kita. Bagaimana seharusnya kita hidup, Al Quran memiliki jawabannya. Bagaimana kehidupan orang-orang terdahulu, Al Quran juga memuatnya, baik orang-orang yang diberi petunjuk maupun orang-orang yang tergelincir. Bahkan kehidupan masa depan kita di akhirat pun sudah Allah gambarkan dalam AL Quran. Kenapa bisa ya? Kenapa tidak. Lha wong yang mengucapkan adalah Yang Maha Pencipta, Yang Maha Mengetahui, Yang Maha Hidup, Yang tak pernah tidur, yang selalu tahu apa yang dilakukan makhluknya, pasti saja Allah tahu Maha Tahu segalanya. Dari zaman manusia pertama-Nabi Adam hingga hari kiamat, Allah tahu segalanya. Perlahan dan tertatih saya mulai memperbaiki hubungan saya dengan Al Quran. Begin from zero, kumulai lagi memperbaiki bacaan Al Quran saya dengan mengikuti les tahsin tahfidz Al Quran dua minggu sekali dengan memanggil seorang ustadzah ke kantor. Meski kadang pekerjaan sangat menyibukkan, saya memastikan diri untuk hadir dalam majelis ilmu tersebut, walaupun tidak bisa on time karena saya ditugaskan di loket surat yang tak pernah sepi. Meski hanya segelintir orang yang mengikuti majelis ini, saya berusaha menjaga semangat saya dalam memperbaiki bacaan Al Quran dan juga menghafal ayat demi ayat Al Quran. Sungguh terkadang terasa begitu sulit menghafalkan ayat-ayat Allah karena dunia yang begitu melenakan. Tapi saya yakin, Allah yang memberi jaminan memelihara Al Quran hingga akhir zaman, maka Allah pulalah yang akan memberikan kemudahan bagi hamba-hambaNya yang ingin menghafal firmanNya. Ya Allah, saat ini saya berazzam akan terus memelihara semangat ini hingga waktunya tiba, hingga tak mungkin lagi bagi lidah dan pita suara ini melafadzkan namaNya karena tercekat oleh ruh yang sedang dicerabut dari raga. Ya Allah, kami ingin menjadi keluargamu, yang menyerukan firmanMu, yang dekat kepadamu. Mohon jaga semangat ini ya Allah, jangan buat dunia ini menjadi tujuan kami, karena sesungguhnya hanya kepadaMulah kami kembali. Ya Allah, karunikanlah kasih sayang-Mu dengan Al Qur’an. Jadikan Al Qur’an sebagai imam, cahaya, hidayah, dan sumber rahmat (bagi hamba). Ya Allah, ingatkan bila ada ayat yang hamba lupa mengingatnya. Ajarkan bila ada ayat yang hamba bodoh memahaminya. Karuniakan pada hamba kenikmatan membacanya, sepanjang waktu, baik tengah malam atau tengah hari. Jadikan Al Qur’an bagi hamba sebagai hujjah, ya Rabbal ‘Alamin. Ya Allah, karunikan hamba kebaikan dalam beragama, yang merupakan kunci kehormatan bagi hamba. Karuniakan hamba kebaikan di dunia, yang merupakan tempat hamba menjalani hidup. Karuniakan hamba kebaikan di akhirat, yang merupakan tempat hamba kembali. Jadikan kehidupan hamba senantiasa lebih baik. Jadikan kematian sebagai kebebasan hamba dari segala keburukan. Ya Allah, jadikan umur terbaik hamba di penghujungnya, jadikan amal terbaik hamba di penutupnya, jadikan hari-hari terbaik hamba saat bertemu dengan-Mu. Ya Allah, hamba memohon kepadamu kehidupan yang jembar, kematian yang normal, dan tempat kembali yang tidak menyedihkan dan terhindar dari prahara. Ya Allah, hamba memohon kepada-Mu permintaan terbaik, doa terbaik, kesuksesan terbaik, ilmu terbaik, amal terbaik, pahala terbaik, kehidupan terbaik, kematian terbaik. Kuatkanlah hamba, beratkanlah timbangan kebajikan hamba, realisasikan keimanan hamba, tinggikan derajat hamba, terima shalat hamba, ampuni dosa-dosa hamba, dan hamba memohon surga tertinggi.

Senin, 17 September 2012

Postingan Blogger abal-abal...

Duh, ternyata tantangannya berat banget ya buat jadi penulis, meskipun hanya seorang blogger abal-abal kayak aku. Begitu banyak isi di kepala yang lewat mondar-mandir mendesak-desak untuk kutulis namun tak jua teralisasikan. Begitu banyak peristiwa penuh isnpirasi terjadi sejak posting tulisan terahir yang sepertinya perlu untuk didokumentasiakan dalam tulisan, namun belum juga kutuangkan. Ah, dasar pemalas. Bagaimanalah aku akan memotivasi orang lain untuk menulis kalo aku sendiri masih ogah-ogahan menulis. Seribu satu alasan mampu kuutarakan untuk tak menulis. Sibuk di kantor, pulang ke rumah ga sempat lagi, gadget tak mendukung untuk ngeblog, dan lain-lain.

Kamis, 26 Juli 2012

Bicara Hati

Hati-hati..
Hati-hati, apa sebenarnya makna kata ulang ini. Menyebut hati hingga dua kali. Ada apa dengan hati? Hati, seperti kata Nabi, adalah segumpal daging dalam tubuh manusia yang menentukan baik buruknya manusia. Apakah ini berlaku secara fisik ataukah non fisik? Sepertinya dua-duanya. Mari kita lihat satu per satu. Hati, jika yang dimaksud adalah hepar, maka fungsinya adalah penyaring racun. Jika hati tak berfungsi maka racun akan dengan bebas memasuki pembuluh darah dan mengikuti aliran darah ke seluruh tubuh kita. Lalu apa akibatnya? Tentu saja racun-racun itu pun ikut beredar, masuk satu-persatu organ tubuh kita. Berbahaya atau lebih parahnya mematikan. Jika yang dimaksud adalah heart atau jantung maka jantung yang tak pernah lelah memompa darah setiap saat darah dalam tubuh kita. Jika jantung kita sedikit bocor saja klepnya, fatal akibatnya. Peredaran darah tidak berjalan sebagaimana mestinya. Darah kotor dan bersatu dengan darah bersih sehingga kotorlah semua. Bengkak tak terhindarkan di bagian-bagian tubuh kita yang lain seperti kaki dan wajah. Sungguh saya pernah mengenal seseorang yang begitu sabar diuji dengan jantug yang tak sempurna hingga maut mendatanginya di usia yang masih muda. Semoga Allah merahmatimu, ukhti.
Hati juga tak jarang disebut dengan perasaan. Kenapa, karena hatilah yang mampu merasakan semuanya. Perasaan susah senang, suka duka, sedih gembira, cinta benci, hatilah yang merasakan.Saya yakin malah apa yang dirasakan oleh hati jauh lebih banyak daripada apa yang bisa dirasakan oleh lidah dan kulit. Seperti lidah, hati mampu merasakan manisnya senyuman seseorang. Bahkan senyum kecut terasa oleh hati. Pahit dan getirnya kehidupan juga dirasakan oleh hati. Hati pun bisa tergores dan terluka, seperti kulit. Perih. Halus dan kasar, panas, hangat dan dingin pun tak luput dari penginderaan hati. Jadi bagaimana keadaan hati kita hari ini? Apa yang mampu terindera oleh hati kita saat ini?
Oke, sekarang kita lanjutkan ya dengan hati sebagai cermin. Hati adalah cermin, tempat pahala dan dosa berpadu. Begitu kata Bimbo. Hati itu cermin. Ia mampu menampilkan apa yang ada dihadapannya. Tapi tahulah, cermin itu kan akan memperlihatkan bayangan objek yang ada dihadapannya jika cermin itu bersih dan bening. Hati yang bening mampu menampilkan bayangan yang sempurna tanpa pernah berdusta. Jika kita memang sudah berdandan dengan rapi, maka bayangan yang terlihatpun akan rapi. Jika kita masih acak-acakan, baju kusut disana-sini, maka begitu pulalah bayangan yang nampak di cermin itu. Hati sebagai cermin pun demikian. Jika memang kita baik maka hati mengatakan kita baik. Jika kita keliru, hati yang bening pun menampilkan bayangan bahwa ada yang tak beres dengan diri kita.  Lalu hati pun berbisik agar kita segera membenahi diri. Inilah mungkin yang disebut hati kecil atau hati nurani. Hati yang tak pernah berdusta. Dan kita semua pun memilikinya. Meski beribu orang memberi fatwa bahwa kita benar namun hati gelisah dengan fatwa itu, bisa dipastikan bahwa kita telah bebuat salah. Hati itu sungguh berarti. Ialah penunjuk arah yang tak menyesatkan. Sungguh, mulialah manusia karena punya hati. Inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lain, terutama malaikat dan binatang. Wallahu a'lam bagaimana bentuk malaikat itu hanya Allah Sang Pencipta yang Maha Tahu. Yang saya tahu, malaikat selalu patuh pada perintah Allah. Ini sangat wajar karena malaikat tidak dianugerahi nafsu. Jika binatang, kita semua tentu sudah tahu bagaimana rupa dan bentuknya. Memang binatang seperti ayam, sapi dan lain lain punya hati secara fisik dan bbiologi yang fungsinya sama seperti hati manusia. Tapi hati binatang tidak berfungsi dalam hal "merasa" sebagaimana hati manusia. Seekor singa yang lapar akan dengan beringas mengejar sang rusa untuk dimangsa meskipun sang rusa terlihat takut. Tak ada rasa "tak tega" di hati singa. Yang ia tahu adalah ia lapar dan ia harus makan. Tapi kalau manusia kan lain, tidak seperti itu. Kecuali memang orang itu tak punya hati atau hatinya mati sehingga tega berbuat dzolim pada sesamanya. Naudzubillah..
Oh iya, hati itu itu ternyata bisa hidup dan mati lho. Meskipun si empunya hati masih bernafas dan bernyawa bisa saja hatinya sudah mati. Memang sih, bukan mati secara fisik tapi mati secara ruh. Hatinya mati, sudah tak dapat lagi digunakan untuk merasa ataupun membedakan mana yang baik dan mana yang buruk,mana yang salah dan mana yang benar,mana yang halal dan mana yang haram. Tadinya hanya sedikit melanggar ketentuan dengan berbagai pembenaran alasan. Berikutnya pelanggaran menjadi kebiasaan dan bahkan 'kurang nendang' jika ditinggalkan. Cobalah tengok keadaan negeri kita. Entah apa yang terjadi dengan hati-hati para pemimpin. Berlomba menampakkan keserakahan, tanpa mempedulikan hak-hak yang telah ia langgar. Sudah diamanahi kekuasaan selama lima tahun tapi masih merasa kurang. Lima tahun berikutnya pun diincar. Haus kekuasaan. Huh, entahlah. *kok jadi ngelantur gini ya, dari soal hati yang segumpal daging ke soal negara* Maksud saya gini. Saya yakin pada awalnya para pemimpin di negeri ini adalah orang-orang dengan idealisme tinggi pada masa muda mereka. Mereka mengkritik ketidakjujuran pemimpin sebelum mereka, hingga populerlah nama mereka. Namun ketika sudah masuk dalam lingkungan "lingkaran setan birokrasi" mereka pun berubah. Sedikit demi sedikit. Pelan tapi pasti. Hingga akhirnya jadilah negeri kita negeri yang super lucu. Kaya tapi miskin. Atau cobalah tengok diri kita masing-masing. Kita juga adalah pemimpin dari diri kita dan juga orang-orang yang berada dalam tanggungan kita. Mata, telinga, lidah, tangan, kaki, kemaluan, hati kitalah yang memiliki kehendaknya. Jika ada yang menganggap otak adalah sang raja bagi tubuh, itu memang benar. Tapi diatasnya, hatilah yang menjadi filter atau pengendali. Saat melihat yang terlarang, otak kotor kita akan memerintahkan untuk meneruskan yang kita lakukan. Tapi apa kata hati? Jika hati yang kita adalah hati yang bersih, yang tahu mana yang boleh dan mana yang tidak, tentu kita akan menghentikan perbuatan kita. Perkataan, sikap dan perilaku kita adalah perwujudan dari hati. Perilaku yang baik tentu saja lahir dari hati yang baik dan demikian pula sebaliknya.

Jagalah hati, jangan kau kotori. Jagalah hati, lentera hidup ini. Jagalah hati jangan kau nodai. Jagalah hati..

Ya Allah, sesungguhnya Engkau adalah pemilik hati ini. Engkau lah yang berkuasa membolak-balikkannya. Tetapkanlah hati ini dalam agamaMu. Sungguh, tak mampu kami menjaga walau sedetik tanpa pertolonganMu. Jika kami lengah, sungguh syaithan dan nafsu siap menerkam dan menggelincirkan kami dari jalanMu. Ampuni kami ya Robb atas segala kelalaian kami dalam menjaga hati ini..

Jumat, 13 Juli 2012

Selamat Jalan Kang Ilyas...

Sudah lama aku ingin menuliskannya, namun aku tak jua menyempatkan diri. Hingga akhirnya pikiran ini mengusikku, membuat mataku tak mau terpejam sebelum menuangkannya.
Hari ini, Jumat 13 Juli 2012 suasana kantorku mendadak berubah. Kesenduan itu datang tiba-tiba. Ya, benar-benar datang dengan sendirinya tanpa diminta. Perasaan sendu, terharu, iba, sedih, diliputi rasa duka dan kehilangan seolah datang kembali. Perasaan itu datang dengan massiv dari masing-masing hati penghuni kantor ini bersamaan dengan datangnya seorang perempuan muda dengan seorang anak lelaki kecil dalam gendongannya. Perempuan itu tak lain adalah janda almarhum kang Ilyas yang telah berpulang dua bulan yang lalu, tepatnya tanggal 10 Mei 2012.
Aku memang sedang tak berada di kantor saat peristiwa duka itu menyelimuti keluarga besar kantor kami. Aku sedang berada dalam sebuah taksi dalam perjalanan pulang dari ujian dinas. Aku hanya mendapat berita duka itu dari seorang rekan terdekatku di kantor. SMS itu benar-benar membuatku tersentak. Sedih, kaget, kehilangan, dan segala jenis perasaan semacam itu meliputiku dengan segera. Aku sedih mengingat Kang Ilyas meninggal dalam usia yang begitu muda, 28 tahun, kurang lebih sama dengan usiaku (ya Robb, aku belum siap untuk Kau panggil). Ia meninggalkan Teh Sri, istri yang juga muda usianya yang telah dinikahinya kurang lebih lima tahun lalu. Ia juga meninggalkan seorang bocah laki-laki yang baru berusia satu tahun lebih. Cukup lama mereka menikah dan menantikan kehadiran si kecil. Tapi saat Allah melengkapkan kebahagiaan rumah tangga mereka, saat si bocah sedang lucu-lucunya, sang ayah harus pergi meninggalkannya. Innalillahi, wainna ilaihi rojiún. Segala sesuatu berasal dari Allah dan kepadaNyalah segala sesuatu itu akan kembali. Ya, kami semua, seperti Kang Ilyas akan pergi untuk kembali padaMu ya Allah...itu pasti, hanya soal waktu.
Teh Sri hari ini datang ke kantor untuk mengambil sesuatu yang mungkin berkaitan dengan hak almarhum suaminya. Entah gaji, santunan atau apa aku tak tahu. Yang jelas kedatangannya kembali mengaduk-aduk perasaan kami, terutama kaum Ibu di kantor. Betapa kami ikut merasakan apa yang Teh Sri rasakan, hingga air mata pun menerobos pertahanan kami meleleh membasahi pipi. Padahal kami bertekad untuk tidak memperlihatkan kesedihan kami, agar tak menambah bebannya. Namun kami cuma perempuan yang perasaannya berada di depan logika. Air mata pun mengalir menjadi bahasa tanpa ada aba-aba.
Tak banyak yang kami katakan pada Teh Sri. Selain kunjungannya yang sangat singkat, kami pun tak ingin membuatnya bersedih. Hanya bertanya apa kabarnya dan juga sang putra. Dimana ia tinggal sekarang. Apa aktivitasnya sementara ini. Kapan mau ambil barang yang masih tersisa di ruang bawah menara masjiId, tempat mereka tinggal bersama dulu. Itu saja. Sebisa mungkin kami ingin membantunya menghadapi duka yang ia alami. Sepeser dua peser kami sodorkan untuknya sebagai bentuk empati yang semoga bisa sedikit menghibur hatinya. Bahkan ada teman yang secara spontan membeli baju anak yang aku jual untuk diberikan kepada Ilham, si bocah kecil yang kini telah menjadi yatim itu.
Ilham, sang bocah satu tahun itu mewarisi wajah ayahnya. Sorot matanya mengingatkan kami pada almarhum Bang Togar-begitu ia biasa dipanggil-hey, tapi Kang Ilyas kan asli Sunda tulen seratus persen. “Kalau kangen Ilyas ya liat aja wajah si Ilham. Mirip banget dia sama bapaknya.” Begitu komentar seorang teman. “Iya,untung ada gantinya.” Jawab sang Ibu. Subhanallah, bocah kecil itu telah menjadi ILHAM bagi kedua orang tuanya. Aku  pernah mendengar, jika Allah telah mengambil sesuatu dari hambaNya, maka seharusnya kita berdoa semoga Allah memberi ganti yang lebih baik. Semoga ia adalah pengganti yang lebih baik dari yang telah pergi. Ialah pewaris tunggal, keturunan sang ayah dengan segala keluhuran budinya. Senyum, kerja keras, keramahan, suka menolong dengan segera tanpa pamrih, dan segala sifat baik almarhum semoga ia warisi semuanya. Bahkan lebih.
Masih segar dalam ingatanku kenangan-kenangan tentangnya. Sering kulihat ia termenung di pojok ruangan sub bagian umum duduk di depan gudang ATK, tempat kami memerah ASI saat itu. Betapa aku termasuk orang yang menerima banyak pertolongan dari Almarhum Kang Ilyas. Fotokopi dan mengirim surat undangan ke satker, bon ATK mulai pita printer, tinta, kertas, pena, pensil yang bon ini-itu lainnya, Kang Ilyas lah yang paling cepat dimintai tolong. Tak lupa dengan senyum khasnya yang bilang “sama-sama Mba Anna”. Urusan mengantar ke Stasiun Tanah Abang, dialah yang paling mudah mengatakan iya. Dengan motor dinas atau motor pinjaman dari teman, ia akan segera meluncur mengantarku ke stasiun Tanah Abang. Pernah juga ia mengantar dengan mobil dinas dengan ditemani teman kantorku yang bisa menyetir tentunya. Biasanya aku akan memberikan uang sekedar pengganti ongkos ojek padanya saat aku sampai di stasiun dan uang itu akan Kang Ilyas terima sambil tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Namun dua hari terakhir di akhir tahun itu ia langsung “ngacir” tak mau menerima pemberianku. Aku sungguh berhutang budi padanya. Mungkin saat itu Kang Ilyas sedang menabung kebaikan, hingga ia akan menerimanya kelak di surga nanti.
Selamat jalan Kang Ilyas...Doa kami mengiringi, semoga Allah melapangkan kubur bagimu atas segala kebaikanmu. Semoga Allah memberikan kesabaran dan jalan keluar terbaik bagi istri dan putramu. Amin...

Kamis, 05 Juli 2012

For My Best Friend I Ever Had

i wonder to know
why there is no smile from you to me
i wonder to know
why you keep silence
i wonder to know
 why don't u share your laugh n pain to me again

it's may be you don't need me any longer
it's may be youu had found a new best friend
it's may be our friendship couldn't be last forever
it's may be i don;t have any space in your heart anymore
it's just may be.

but...
i still call you in my pray
i still remember all of memories that we ever had
i still wan't to keep our friendship
i still have a very very big space in my heart for you
i still have shoulders to cry on
i still have ears to hear your good and bad news
i stiil have hands to give you a big huge
i still have number to call
i still have Allah, and it means i still have everything

hope you will be better
hope everything about you is ok
hope you will find best in everyhing you need
best wishes for you

if there is no chance to us to get closer
i just can say sorry, if i had any false to you
i really miss you

Minggu, 01 Juli 2012

Mari Sambut Ramadhan


Waktu benar-benar cepat berlalu, berjalan atau bahkan berlari. Tanpa terasa saat ini kita sudah sampai pada 11 Rajab 1433H (tolong dikoreksi kalau saya salah). Itu artinya tak berapa lama lagi kita akan kedatangan tamu luar biasa. Ya, tamu yang akan datang 19 hari lagi bukanlah tamu biasa. Ia adalah tamu agung yang patut kita sambut dengan gegap gempita dan hati gembira.
Pernah ga kedatangan tamu penting ke rumah kita? Misal Presiden. Eh janganlah, terlalu susah untuk dibayangkan buat saya. Kita cari contoh yang lebih gampang ya. Misalnya Ibu dan Bapak Mertua aja deh. Bila beliau-beliau menelepon mengabarkan kedatangannya ke rumah kita, apa yang kita lakukan? Sebagai menantu yang baik, tentu kita melakukan beberapa persiapan. Beres-beres rumah misalnya. Jangan sampai ada sesuatu yang kurang berkenan di hati mereka nampak dalam pandangannya. Atau mungkin kita akan memasak hidangan favorit untuk menggoyang lidah mereka. Tak lupa beberapa oleh-oleh pun kita siapkan untuk mereka bawa saat pulang nanti.
Begitu pula dengan tamu yang satu ini. Ramadhan. Kenapa sih kita harus menyambut Ramadhan? Kenapa tidak?! Ada banyak keutamaan yang dimiliki oleh Ramadhan yang tidak dimiliki oleh bulan-bulan yang lainnya. Kenapa bisa begitu ya? Itu karena Allah yang telah memilih Ramadhan sebagai bulan yang paling utama. Karena Dialah Sang Pemilik Waktu. Dalam sebuah literatur berjudul Panduan Menuju Kemenangan di Bulan Ramadhan yang saya dapat via email dari seorang sahabat saya, tertulis begini :

Ikhwati wa akhowati fillaah, Salah satu sifat Allah SWT adalah Ia memiliki irodah
(kehendak), sebagaimana firman-Nya:
"Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-kali tidak
ada pilihan bagi mereka. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (dengan Dia)." (QS Al Qoshosh [28]:68).
Allah memilih sesuatu yang dikehendakiNya. Allah memilih tempat yang dikehendakiNya. Allah memilih manusia yang dikehendakiNya, pilihanNya sendiri ada yang menjadi Rasul, pemimpin negara, cendekia, dsb. Allah memilih gua Hiro' yang dikehendakiNya sebagai tempat pertemuan Rasul dan Malaikat Jibril. Allah memilih Mekkah yang dikehendakiNya sebagai kiblat kaum Muslimin dan memilih pula kota Madinah sebagai basis pertahanan Rasulullah dalam menyebarkan risalah Ilahi. Begitu pula halnya dengan bulan-bulan dalam setahun, Allah telah memilih Ramadhan sebagai bulan yang istimewa, yang namanya disebutkan dalam Al Qur-an.
Firman Allah:
"(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasanpenjelasan
mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari -hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur." QS Al Baqoroh [2]:185.
Jika Allah berkehendak, tentu ada suatu maksud tertentu dibalik kehendakNya itu. Allah mengutus Rasulullah dengan satu maksud, untuk menyampaikan risalah-Nya. Begitu halnya dengan bulan Ramadhan, sebab Allah tidak akan mengatakan Ramadhan sebagai bulan istimewa jika tidak ada sesuatu dibalik itu. Baginda Rasulullah SAW, ketika berada di penghujung bulan Sya'ban, selalu mengatakan kepada sahabatnya:"Telah datang padamu bulan Ramadhan, penghulu segala bulan. Maka sambutlah kedatangannya. Telah datang bulan shiyam membawa segala keberkahan, maka alangkah mulianya tamu yang datang itu." (HR. Ath Thabrani).
Dalam sabdanya yang lain:
"Sesungguhnya telah datang padamu bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi, Allah memerintahkan berpuasa di dalamnya. Pada bulan itu, dibukakan segala pintu Surga, dikunci segala pintu neraka dan dibelenggu syetan-syetan. Di dalamnya ada suatu malam yang lebih baik dari 1000 bulan. Barangsiapa yang tidak diberikan kebajikan malam itu, berarti telah diharamkan baginya segala rupa kebajikan." (HR. An Nasai dan Al Baihaqi) Jika kita menengok ke belakang, melihat sirah Rasulullah SAW kita akan melihat betapa banyaknya kejadian penting terjadi pada bulan Ramadhan, di antaranya:

1. Bulan diturunkannya Al Qur-an.
Firman Allah:
"(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya
diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasanpenjelasan
mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)."
(QS Al Baqarah [2]:185)
Dalam tafsir Mafatihul Ghaib, berkenaan dengan ayat diatas, Ar Razi berkata: "Allah telah mengistimewakan bulan Ramadhan dengan jalan menurunkan Al Qur-an. Karenanya, Allah SWT mengkhususkannya dengan satu ibadah yang sangat besar nilainya, yakni puasa (shaum). Shaum adalah satu senjata yang mengungkapkan tabir-tabir yang menghalangi kita manusia memandang nur Ilahi yang Maha Quddus. Al Qur-an adalah suatu kitab yang tiada bandingannya, pemisah yang haq dan bathil, berlaku sepanjang masa, dan menjadi pengikat seluruh ummat Islam di seluruh dunia.

2. Bulan diturunkannya kitab-kitab suci lainnya.

Di bulan ini pula, Allah menurunkan kitab-kitabNya yang lain kepada para Rasul, sebagaimana diriwayatkan dalam hadits:
"Shuhuf Ibrahim diturunkan pada malam pertama bulan Ramadhan, Taurat diturunkan pada 6 Ramadhan dan Injil diturunkan pada 13 Ramadhan sedangkan Al Qur-an diturunkan pada 24 Ramadhan." (HR. Ahmad)
Itulah keberkahan bulan Ramadhan, bulan turunnya ayat-ayat Qouliyyah, minhajul hayah bagi keberadaan manusia di muka bumi, penunjuk jalan bagi orang-orang yang mau mensucikan dirinya.

1.  Bulan pilihan Allah bagi terjadinya perang Badr.

Perang pertama yang dilakukan kaum Muslimin, dimana perang ini menjadi penentu kelangsungan perjuangan da'wah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW bersama para sahabatnya. Perang Badr dinamakan Allah dengan sebutan "yaumul furqon"
(hari pembeda antara yang haq dan bathil), sebagaimana firmanNya:
"Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anakanak yatim, orang-orang miskin dan ibnussabil, jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu."
QS Al Anfal [8]:41.

Muhammad Qutb mengatakan dalam tafsirnya bahwa perang ini dari awal hingga akhirnya adalah rencana Allah SWT yang dilaksanakan dengan pimpinan dan bantuanNya. Dimana dalam jalannya pertempuran, Allah SWT memenangkan kaum Muslimin yang mempunyai personil dan persenjataan minim, ditambah kondisi fisik kaum Muslimin yang secara lahiriah lebih lemah karena sedang berpuasa, setelah menerima perintah yang baru beberapa saat diterimanya. Namun itu bukanlah hambatan untuk menang, karena kekuatan utama kaum Muslimin adalah kekuatan ruhiyyah mereka dengan keyakinan akan kebenaran janji Allah SWT. Peperangan ini membuahkan babakan baru dalam sistem gerakan Islam. Perang ini
memperbaharui kondisi ummat Islam, setelah dengan sabar dan tabah menempuh tahapan-tahapan perjuangan da'wah. Lahir tatanan baru dalam kehidupan manusia, bagi penerapan hak-hak asasi serta sistem dan struktur baru bagi masyarakat dan negara.

2. Bulan yang dipilih bagi terbukanya kota Mekkah.

Peristiwa "fathul makkah" terjadi pada pertengahan bulan Ramadhan, sekitar 10000 kaum Muslim mendatangi Makkah dari segala penjuru. Pada saat itulah terjadi fenomena kemenangan yang tidak ada bandingannya dalam sejarah manapun, dimana semua musuh, hingga para pemimpinnya menerima dan mengikuti agama lawan. Ini tidak terjadi melainkan dalam sejarah Islam. Kemenangan ini hakikatnya adalah kemenangan akidah, kalimat tauhid dan bukan kemenangan individual atau balas dendam.

3. Bulan yang dipilih Allah untuk Lailatul Qadar.

Dijelaskan dalam firman Allah SWT:
"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu ? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar." (QS Al Qadr [97]:1-5)

4. Bulan yang dipilih untuk pelaksanaan puasa dan pemindahan qiblat.

Firman Allah:
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. " QS Al Baqarah [2]: 183.
Bersamaan dengan turunnya ayat perintah berpuasa di bulan Ramadhan, pemindahan qiblat ummat Islam dari Baitul Maqdis ke Masjidil Haram inipun menjadi  pembeda antara yang haq dan bathil, dimana pada saat sebelumnya orang Yahudi merasa lebih benar karena puasa mereka dan kiblat mereka diikuti kaum Muslimin. Namun dengan perintah itu, maka berbedalah kaum Muslimin dengan ahlul kitab. Berbeda pula kiblat Muslimin dengan mereka, serta puasa Muslimin dengan mereka. Kecongkakan merekapun berakhir dengan barokah bulan ini.

Semoga para pembaca masih penasaran ya dengan hal-hal lain seputar Ramadhan. Buat yang masih penasaran, silakan komen dibawah disertai atau kirim email  kosong ke saya dengan alamat mannawasalwa@gmail.com. Nanti akan saya kirim e-book Panduan Menuju Kemenangan Dalam Ramadhan. Don’t worry, it’s free. Saya juga dulu dapatnya gratis kok.

Allahumma bariklana fi rojaba wa sya'banan..
waballighna romadhon, wa ballighna romadhon, waballighna romadhon...
Jadi, mari sambut Ramadhan. Marhaban ya Ramadhan…

Kamis, 28 Juni 2012

Puisi Cinta


Cinta itu sakit
Sakit bila yang kita cinta terluka
Cinta itu tak kan lama
Jika kita tak saling menjaga
Cinta itu benci
Benci jika yang jika yang kita cinta dirusak kehormatan dan harga dirinya
Cinta itu menuntut
Menutut diri melakukan yang terbaik untuk yang tercinta
Cinta itu sabar
Sabar atas kekurangan karena kita pun memilikinya
Cinta itu lupa
Lupa dan maafkan kesalahannya, lihat kelebihannya
Cinta itu bahagia
Bahagia melihatnya bahagia
Cinta itu hampa
Hampa bila hanya cinta dunia tanpa cinta karenaNya
Cinta itu…
Ah, cinta adalah cinta
Berjuta kata takkan mampu mendefinisikannya
Biarlah cinta mengerti artinya sendiri tanpa perlu intervensi


Jurangmangu, 27 Januari 2012

Rabu, 27 Juni 2012

Review Buku Para Pencari Tuhan


Mumpung masih fresh ni…saya ingin mereview sedikit buku yang telah saya baca. Kalau tidak disegerakan takut lupa. Daripada disimpen sendiri dan akhirnya hilang tak berbekas, lebih baik saya membaginya dengan para pembaca semua. Mudah-mudahan ada manfaatnya.
Penulis            : Rindu ( nama sebenarnya Istiqomah 
                         Saeful, biasa dipanggil Ade)
Dimensi          : 14x21 cm, xvi+204 halaman
Penerbit         : Qultummedia, 2012
Harga             : Rp35.500,00
“Ketika saya memutuskan untuk kembali meniadakan keinginan-keinginan dunia, mengosongkan cinta selain kepada Allah, maka kemudian tarikan-tarikan Allah terus membetot ubun-ubun saya untuk melepas atribut kejahiliyahan saya. TANPA saya sadari, saya mulai mencintai hal-hal yang menuju kepada Sang Pemilik napas saya. Tanpa saya sadari, saya terbawa arus kebaikan, saya tenggelam di danau pengajian. Saya terdampar di padang ilalang yang berisi zikir.”
Demikianlah perenungan seorang Rindu, si perempuan pencari Tuhan. Pencariannya menyadarkan ia bahwa ia tidak memiliki hak untuk menafikan perintah Tuhannya. Tubuhnya bukan haknya maka ia harus menghijabinya seperti yang diperintahkan Tuhan. Harta yang dimilikinya hakikatnya bukan miliknya maka ia harus membersihkannya dengan zakat dan sedekah. Dan, rasa cinta terhadap makhluk tidaklah boleh melebihi rasa cintanya kepada Tuhan karena itu berarti ia menjadikan cinta semu itu berhala. Bukan cinta yang menyejukkannya. Subhanallah, alangkah indahnya perjalanan hidup ini jika demikian adanya.

Membaca buku ini seperti diajak berkelana. Bak seorang musafir kita mengembara untuk mencari makna hidup dan kehidupan kita. Kita diajak merenung untuk bertanya dan berdiskusi akan banyak hal hakiki. Apa itu hidup. Untuk apa kita hidup. Siapa saya. Apa itu bahagia. Banyak lagi pertanyaan sederhana dan sangat mendasar yang ada dalam buku ini. Apa jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut, kita sendrilah yang nanti akan menemukannya.
Bila Anda adalah orang yang sedang “galau” karena patah hati, carilah penghibur di buku ini. Rindu, sang penulis yang tak lain adalah seorang gadis yang pernah patah hati mengutarakan kisahnya dalam buku ini. Dalam sekali ia bercerita dan akhirnya menemukan solusinya atas masalah patah hatinya itu. Baginya, tak ada satu cinta pun di dunia ini yang mampu mematahkan hati manusia jika cinta Allah di atas segalanya. Bila Anda gelisah karena masalah dunia yang mendera dan merasa membutuhkan rumah untuk jiwa, baca juga buku ini. Penulis menuntun kita untuk kembali saat jiwa membutuhkan rumahnya.
Bila Anda merasa dibelit problema yang yang tak kunjung ketemu solusinya. Jangan khawatir, ada jalan keluarnya juga di buku ini. Apa itu? Sabar dan shalat. Ya, ketika masalah datang, Allah tidak meminta kita memikirkan jalan keluar hingga penat. Allah hanya meminta kita sabar dan shalat.
Bila Anda adalah orang yang sedang merasa kekurangan atau kesepian, carilah teman dalam buku ini. Rindu telah menemukan rumus jitu jika Anda merasa kurang atau sepi. Saya + Allah = Cukup. Itu dia rumus patennya. Dijamin tokcer menyelesaikan masalah Anda, apapun itu.
Sungguh, buku ini adalah lautan hikmah yang luas dan dalam yang bisa setiap saat kita ambil, kapan saja, dimana saja. Tanpa menggurui, buku ini mengajarkan banyak hal tentang agama, nasihat dan kebaikan yang sebenarnya bersumber dari Al Quran dan Sunnah. Sangat mencerahkan.
Saya kira cukup sekian, namanya juga review, cukup sekilas aja. Saya mau kerja dulu ya. Takut ada yang komentar pagi-pagi kok udah ngeblog. Kalau masih penasaran, silakan baca bukunya sendiri. Kalau ingin membelinya, bisa kok lewat saya. Harga belum termasuk ongkos kirim ya.  :)promosi mode on:).

Apa Kabar (1)

Suatu hari seseorang bertanya kabar padaku dan juga tentang harapan-harapanku. Pertanyaan-pertanyaan itu menyadarkanku, betapa selama ini banyak hal penting yang merupakan substansi dari hidup dan kehidupan ini yang telah aku lupakan.

1. Apa kabar imanmu?

Apa kabar imanmu hari ini? Apakah semakin meningkat, biasa-biasa saja atau malah justru menurun dan sedang berada di titik nadhir terendah? Sudahkah iman menjadi kekuatan utama yang menggerakkan setiap langkah hidup kita?
Iman adalah adalah keyakinan dalam hati yang diucapkan dengan lisan dan dinyatakan dengan amal perbuatan. Iman tak cukup hanya disimpan dan dikubur dalam hati. Ia harus diucapkan dan direalisasikan dalam tindakan. Hendaknya setiap getar hati, setiap ucapan dan segala tindakan didasari dengan iman. Iman yang membedakan kualitas makhluk di hadapan Sang Pencipta.
Iman malaikat selalu stabil. Tak naik atau turun. Malaikat selalu setia pada Rabb-Nya. Setiap saat mereka selalu bertasbih padanya, siang dan malam, di setiap lapisan langit. Bagaimana tidak, malaikat adalah makhluk yang tak dikaruniai nafsu oleh Allah SWT.
Iman para Nabi selalu naik. Ujian berat yang selalu menimpa para Nabi justru malah menambah keimanannya pada Allah SWT. Mereka adalah manusia dengan kepribadian luar biasa.
Bagaimana dengan iman kita? Jika digambarkan dalam bentuk grafik, iman kita adalah grafik yang fluktuatif, ada kalanya naik, namun ada kalanya pula turun. Iman akan meningkat seiring dengan meningkat ibadah yang kita lakukan dan akan turun karena kemaksiatan. Begitulah iman kita. Karena kita adalah makhluk yang dilengkapi dengan akal sekaligus nafsu. Nafsu yang tidak dikendalikan dan disertai bujukan syaithan akan selalu mengajak kita pada hal-hal yang menyimpang ketentuan yang digariskan Allah. Coba saja dipikir. Ibadah apa yang paling kita senangi? Kalo kita hanya pake nafsu, tentu tidak ada. Sholat? Buat apa? Sedekah? Itukan hasil kerja keras saya sendiri, kenapa harus dibagi dengan orang lain? Enak saja. Mungkin ada yang menjawab menikah itu enak. Benarkah? Bukannya enak “jajan” di luar, tak perlu tanggung jawab. Selesai urusan. Namun tidak demikian jika kita melihatnya dengan kacamata iman. Sholat sudah bukan lagi rutinitas yang membosankan, malah jadi kebutuhan. Sedekah pun menjadi sesuatu keinginan yang selalu ingin direalisasikan setiap ada rezeki yang sampai di tangan kita. Menikah apa lagi…jika semuanya memang sudah dipersiapkan.

2. Apa yang kamu harapkan dengan keadaan imanmu?

Dengan keadaan iman kita saat ini, apa yang kita harapkan? Masuk surga kah? Mati khusnul khatimah kah? Terbebas dari azab? Hanya diri kita sendiri yang paling tahu. Mari bertanya, sudah layakkah kita untuk mendapatkan semua itu dengan keadaan iman kita sekarang? Kenapa iman kita sekarang yang ditanyakan? Ya, karena hanya sekaranglah, hari ini waktu yang kita punya. Hari kemarin yang sudah berlalu, sudah barang tentu bukanlah lagi milik kita. Itu hanya masa lalu. Sedangkan hari esok, kita tak pernah tahu, apakah kita akan mendapatinya.

Wahai Tuhan ku tak layak ke surgamu..
Namun tak pula aku sanggup ke nerakamu..
Dosa-dosaku bagaikan pepasir di pantai
Dengan RahmatMu, ampunkan daku oh Tuhanku..

Tulisan ini sebelumya dimuat di blog saya gama2.wordpress.com. Saya mendapatkan "makanan ruhani" ini dalam sebuah kajian pekanan oleh ustadz di Kota Manna dulu, tahun 2007. Duh, tapi parah banget, saya lupa nama ustadnya.Afwan ustad...

Tausiyah beliau ini cukup singkat, tapi mengena sasaran. Mengingatkan hati yang lupa dan terlena oleh dunia. Apalah dunia, jika semua akan kita tinggalkan pada akhirnya.

Terima kasih ya Allah...hari ini masih engkau izinkan aku untuk mereguk segala nikmatmu. Mata yang dengan jelas melihat, telinga yang mendengar, lidah yang mampu berkata-dan sering menyakitkan.

Semoga bermanfaat.

Selasa, 26 Juni 2012

Di Sini Ku Menanti

Ternyata tak mudah untuk bersabar, baik dalam kesenangan maupun kesusahan, menjalankan ibadah dan melaksanakan perintah maupun dalam menjauhi larangan.
Aku sedang mencoba untuk bersabar dalam penantian panjangku, menunggu kedatangan suamiku yang hingga kini masih jadi rahasia besar dalam hidupku. Suami yang kudambakan dapat menjadi teman hidupku, mengiringi langkah-langkahku, menjadi penjaga hatiku.
Suamiku, dimanakah dirimu? Bagaimanakah caranya kita bertemu? Hmm…no body knows..Hanya ALLAH saja yang Maha Tahu segalanya. Di tanganNya tergenggam segala rahasia.
Ya Allah, sungguh aku merindukan kehadirannya. Semoga dengannya dapat ku raih cintaMu, ridhaMu.Pula aku berdoa semoga denganku suamiku dapat menggapai cintaMu.kuharapkan langkahku dan langkahnya serempak di jalanMu tuk menggapai ridho Mu. Dalam setiiap do`a kupinta semua itu. Maafkan aku ya Rabb, jika doaku berlebihan, namun itulah yang aku rasakan saat ini, Engkaupun tahu itu.
Jujur aku iri pada orang-orang yang kini sedang berbahagia karena sudah bertemu dengan sang belahan jiwa. Semoga aku bukan termasuk golongan pendengki, aku cuma ingin merasakan kebahagiaan yang sama, itu saja. Tentu ridhaMulah yang kuharapkan dalam kebahagiaan yang kuinginkan.

Manna, menjelang tengah malam

8 Februari 2007
20 muharram 1428H

Tulisan ini dulu di muat di blog saya yang lain. gama2.wordpress.com. Dengan alasan penertiban, agar pembaca semua bisa mudah menemukan tulisan-tulisan saya, saya pindahkan ke sini. Saya pun jadi bisa merefleksi diri, betapa jauh sudah perjalanan hidup saya. Sudah hampir lima tahun saya menikah. Terima kasih ya Allah, atas lima tahun yang penuh cinta ini. Dari hidup sendiri nan sepi, hingga kini beranak-pinak- maksudnya sudah dikaruniai dua orang anak. Subhanallah wal hamdulillah...Saya pun jadi bisa melihat ke dalam diri saya, juga masa lalu saya. Betapa saya pernah mengalami hal itu. Sendiri, sepi,patah hati, menanti. Ternyata dulu saya melow juga, sampai bikin tulisan untuk mengungkapkan perasaan di blog segala. Zaman dulu kan belum ada facebook ya, kalo friendster udah ada.  Paling banter orang bisa nulis 'galau' di blog. Kebetulan sampai sekarang pun saya jarang update status 'galau' di facebook. Apapun itu, semoga 'kegalauan' saya bisa diambil hikmahnya. Silakan juga untuk menulis kegalauan dimanapun Anda inginkan sekalian belajar menulis, tak hanya cari perhatian. Apapun itu, semoga bermanfaat.