Rabu, 27 Juni 2012

Apa Kabar (1)

Suatu hari seseorang bertanya kabar padaku dan juga tentang harapan-harapanku. Pertanyaan-pertanyaan itu menyadarkanku, betapa selama ini banyak hal penting yang merupakan substansi dari hidup dan kehidupan ini yang telah aku lupakan.

1. Apa kabar imanmu?

Apa kabar imanmu hari ini? Apakah semakin meningkat, biasa-biasa saja atau malah justru menurun dan sedang berada di titik nadhir terendah? Sudahkah iman menjadi kekuatan utama yang menggerakkan setiap langkah hidup kita?
Iman adalah adalah keyakinan dalam hati yang diucapkan dengan lisan dan dinyatakan dengan amal perbuatan. Iman tak cukup hanya disimpan dan dikubur dalam hati. Ia harus diucapkan dan direalisasikan dalam tindakan. Hendaknya setiap getar hati, setiap ucapan dan segala tindakan didasari dengan iman. Iman yang membedakan kualitas makhluk di hadapan Sang Pencipta.
Iman malaikat selalu stabil. Tak naik atau turun. Malaikat selalu setia pada Rabb-Nya. Setiap saat mereka selalu bertasbih padanya, siang dan malam, di setiap lapisan langit. Bagaimana tidak, malaikat adalah makhluk yang tak dikaruniai nafsu oleh Allah SWT.
Iman para Nabi selalu naik. Ujian berat yang selalu menimpa para Nabi justru malah menambah keimanannya pada Allah SWT. Mereka adalah manusia dengan kepribadian luar biasa.
Bagaimana dengan iman kita? Jika digambarkan dalam bentuk grafik, iman kita adalah grafik yang fluktuatif, ada kalanya naik, namun ada kalanya pula turun. Iman akan meningkat seiring dengan meningkat ibadah yang kita lakukan dan akan turun karena kemaksiatan. Begitulah iman kita. Karena kita adalah makhluk yang dilengkapi dengan akal sekaligus nafsu. Nafsu yang tidak dikendalikan dan disertai bujukan syaithan akan selalu mengajak kita pada hal-hal yang menyimpang ketentuan yang digariskan Allah. Coba saja dipikir. Ibadah apa yang paling kita senangi? Kalo kita hanya pake nafsu, tentu tidak ada. Sholat? Buat apa? Sedekah? Itukan hasil kerja keras saya sendiri, kenapa harus dibagi dengan orang lain? Enak saja. Mungkin ada yang menjawab menikah itu enak. Benarkah? Bukannya enak “jajan” di luar, tak perlu tanggung jawab. Selesai urusan. Namun tidak demikian jika kita melihatnya dengan kacamata iman. Sholat sudah bukan lagi rutinitas yang membosankan, malah jadi kebutuhan. Sedekah pun menjadi sesuatu keinginan yang selalu ingin direalisasikan setiap ada rezeki yang sampai di tangan kita. Menikah apa lagi…jika semuanya memang sudah dipersiapkan.

2. Apa yang kamu harapkan dengan keadaan imanmu?

Dengan keadaan iman kita saat ini, apa yang kita harapkan? Masuk surga kah? Mati khusnul khatimah kah? Terbebas dari azab? Hanya diri kita sendiri yang paling tahu. Mari bertanya, sudah layakkah kita untuk mendapatkan semua itu dengan keadaan iman kita sekarang? Kenapa iman kita sekarang yang ditanyakan? Ya, karena hanya sekaranglah, hari ini waktu yang kita punya. Hari kemarin yang sudah berlalu, sudah barang tentu bukanlah lagi milik kita. Itu hanya masa lalu. Sedangkan hari esok, kita tak pernah tahu, apakah kita akan mendapatinya.

Wahai Tuhan ku tak layak ke surgamu..
Namun tak pula aku sanggup ke nerakamu..
Dosa-dosaku bagaikan pepasir di pantai
Dengan RahmatMu, ampunkan daku oh Tuhanku..

Tulisan ini sebelumya dimuat di blog saya gama2.wordpress.com. Saya mendapatkan "makanan ruhani" ini dalam sebuah kajian pekanan oleh ustadz di Kota Manna dulu, tahun 2007. Duh, tapi parah banget, saya lupa nama ustadnya.Afwan ustad...

Tausiyah beliau ini cukup singkat, tapi mengena sasaran. Mengingatkan hati yang lupa dan terlena oleh dunia. Apalah dunia, jika semua akan kita tinggalkan pada akhirnya.

Terima kasih ya Allah...hari ini masih engkau izinkan aku untuk mereguk segala nikmatmu. Mata yang dengan jelas melihat, telinga yang mendengar, lidah yang mampu berkata-dan sering menyakitkan.

Semoga bermanfaat.