Selasa, 12 Juni 2012

Long Distance Love

Puwakarta-Bintaro. Sudah setahun lebih kami menjalani episode 2 dalam kisah cinta jarak jauh kami. Setelah satu tahun berkumpul, Allah beri kami kesempatan lagi untuk mengikuti ujian cinta tahap dua. Awalnya aku cukup shock, karena saat itu aku sedang hamil 3 bulan dan saat SK keluar, suamiku sedang menjalani diklat samapta selama 40 hari emapt puluh malam.Baru bertemu seminggu, kami harus kembali berpisah. Alhamdulillah Puwakarta-Bintaro tidak sejauh Jakarta-Manna. Semoga kami lulus dengan predikat cumlaude. Semoga cinta kami padaMu, pada pasangan kami dan juga anak-anak kami semakin erat. Hanya padaMu kami berserah diri. Kami yakin, sesungguhnya dibalik kesulitan ada kemudahan. Jadikanlah kami hamba yang pandai bersyukur ya Allah, dengan ketataan padaMu.

Oia, aku mau share tips buat para LDL'ers :

1. Iman.

 Landasan ini adalah yang terpenting. Saat iman dijadikan pijakan, segalanya terasa lebih ringan untuk dijalani. Yakinlah bahwa sebaik-baik rencana adalah rencana Allah. Dia berkuasa atas segala sesuatu. Insya Allah, suatu saat kita pasti akan dikumpulkan bersama pasangan kita dalam keadaan yang lebih baik. Semua indah pada waktunya, begitu kata suamiku saat aku sedang termehek-mehek dalam cinta jarak jauh.Yang namanya iman itu tapi harus tetep ada usahanya lho ya. Lalu apa usahanya? Agak abstrak sih, antara lain hal-hal sebagai berikut :

SABAR.
Singkat ya, tapi memang kadang berat menjalaninya. Sabar saat belum bisa bertemu. Sabar saat harus kembali berpisah setelah ditunggu-tunggu sekian lama. Sabar saat penerbangan dicancel hingga keesokan harinya karena bandara banjir. Sabar karena saat kita mau memberi kejutan dengan datang tanpa perjanjian tapi yang mau kita tuju ternyata sedang sibuk dengan tugas negara. Dan masih banyak sabar-sabar yang lain. Man Shobaro Dhofiro..Cari artinya sendiri ya..
SALING PERCAYA DAN SETIA

"Ditelpon berkali-kali ko ga diangkat-angkat sih? Di sms ko ga dibales."
"Hapenya ko ga aktif ya?"
Pernah ga bertanya-tanya seperti itu dalam hati kita terhadap pasangan? Atau malah terlintas hal-hal aneh, dia lagi ngapain ya? Dia Kenapa ya? Dia sama siapa ya? Buang segala kecemasan, doakan semoga dia baik-baik saja. Berprasangka baiklah pada Allah dan pasangan kita. Mungkin dia sedang sibuk. Mungkin hapenya ketinggalan atau lowbat. Mungkin dia sedang berada di pelosok yang sinyalnya timbul tenggelam. Keep positive thingking. Trust me, it's better. It's work. Kalo pagi belum bisa dihubungi, coba nanti siang, sore atau malam. Kalo sampai 24 jam belum ada kabar, coba hubungi teman-teman terdekatnya.
2. Finansial
Wah, persiapan ini benar-benar ga bisa diremehkan. Menjalani hubungan LDL butuh biaya tinggi. Ada banyak pos anggaran yang membutuhkan biaya tinggi :
a. Biaya transportasi
Untuk menemui kekasih nan jauh disana, tak mungkin kita berjalan kaki. Harus ada alat transoprtasi yang tiketnya perlu disiapkan biayanya. Bus, travel, Kereta, kapal atau pesawat adalah andalan yang utama. Atau bisa juga menggunakan beberapa moda sekaligus yang artinya membutuhkan lebih banyak biaya. Contohnya waktu saya LDL dengan suami Jakarta-Manna. Btw dah tahu Manna belum? Manna itu adalah ibu kota Kabnupaten Bengkulu Selatan, Provinsi Bengkulu. Saya harus booking tiket jauh-jauh hari kalau mau ke Jakarta. Paling murah 250 ribuan, paling mahal satu jutaan saat peak season seperti lebaran, liburan sekolah atau di Bengkulu ada Expo Nasional. Dari Manna, saya naik setum, travel non AC Bengkulu Manna. Bayarnya empat puluh ribu. Lalu naik ojek atau taksi ke Bandara Fatmawati Bengkulu, Bayar Tax Bandara. Dari Bnadara Soekarno Hatta, saya harus naik Damri ke Kampung Rambutan, 30 ribu. Itu masih disambung dengan angkot atau taksi. Excluding makan dan minum dan jalan-jalan kalo udah ketemu. Paling tidak saya harus punya uang satu juta agar cukup untuk mendanai transportasi pulang-pergi.

b. Komunikasi 

Kalo jauh-jauhan, pasti bawaannya pingin nelpon, sms, ato chat terus. Iya kan? Berarti perlu dana untuk beli dana untuk beli pulsa, laptop dan langganan internet. Syukur-syukur kalau di kantor  ada internetnya. Gratis. Tapi bijaklah menggunakannya.


Saya ingat betul waktu dulu saya sering ganti-ganti sim card hepe demi mengejar biaya nelpon paling murah. Gaya burung hantu pun saya lakoni, nelpon tengah malam. Meski akhirnya sadar bahwa semua ada waktunya.


c. Akomodasi 
Kalo jauh-jauhan trus masing-masing tinggal di rumah orang tuanya, itu tak semahal dengan jauh-jauhan tapi dua-duanya anak kos. Apalagi di kota besar seperti Jakarta. Teman-teman kantor saya disini rata-rata harus mengeluarkan uang Rp500.000,- per bulan untuk membayar uang kos.

d. Belanja Dapur dan Lain-lain

Kalo jauh-jauhan, otomatis uang belanja pun lebih besar. Kita disini belanja, pasangan kita disana juga belanja. Bisa jadi barangnya pun sama, tapi karena bersifat pokok dan mendesak kebutuhannya, tak mungkin hanya salah satu yang berbelanja. Saya disini belanja harian untuk makan seperti beras, sayur dan lauk. Suami disana juga belanja makanan mateng di warteg atau nasi padang.
Buat LDL'ers, jangan boros ya. Jangan mentang-mentang pasangan jauh trus uangnya diopake buat traktir teman sana-sini. Buat para suami, ingatlah bahwa kalian punya kewajiban untuk menafkahi istri. dan buat para istri, kalian punya kewajiban untuk menjaga harta suami. Impas kan? 
Hidup kan tak hanya hari ini saja. Uang kan tak hanya untuk beli tiket aja. Suatu saat jika Allah sudah menghendaki kita untk berkumpul, kita juga butuh untuk membeli rumah, kendaraan, membiayai pemeriksaan kehamilan dan persalinan dll.
Cukup segini dulu ya. Mudah-mudahan bermanfaat. Keep fight ya buat yang sedang menjalaninya. It's not easy, but sure we can do it!