Selasa, 19 Juni 2012

Anugerah Pernikahan

Suatu hari teman seangkatan saya mengirimkan pesan singkat : "Na, aku sebenarnya udah siap nikah, insya Allah. Kamu bisa ga bantu aku? Aku percaya ma kamu Na.." Ini bukan pertama kalinya saya menerima sms seperti itu. Sms serupa juga pernah datang beberapa dari teman akrab yang lain. Tiba-tiba saya jadi tersadar, betapa pernikahan adalah sesuatu yang sangat didamba-dambakan bagi yang masih sendiri. Bahkan satu setengah tahun yang lalu saya juga merasakan apa yang dirasakan oleh teman-teman. Feeling lonely, jauh dari keluarga dan teman-teman setia karena ditempatkan di daerah yang jauh dari tempat kita dibesarkan. Bahkan saat bertemu keluarga dalam momen lebaran pun rasanya ada yang kurang. Kuliah sudah, kerja juga sudah. Penghasilan ada walau tak begitu besar. Lalu apa lagi? Hmm,...Ya, pasangan hiduplah yang saat itu begitu saya rindukan. Saya rindu menikah. Sudah saatnya saya menikah. Kemana harus kucari engkau, Pangeranku? Dalam doa yang kupanjatkan selalu kuselipkan pinta agar Allah berkenan mempertemukanku dengan pasangan hidupku. Dan betapa riang gembiranya hati ini saat akhirnya Allah pertemukan kami dalam sebuah pernikahan. Saat itu, saya merasa menjadi orang yang paling berbahagia seantero dunia. Kini, setelah satu setengah tahun berlalu baru saya sadari bahwa saya kurang mensyukuri ni'mat pernikahan yang dulu amat saya inginkan. Ada saja yang saya keluhkan. Kekurangan pasangan, kekurangan uang, repot mengurus anak, tidak bebas lagi seperti dulu sewaktu masih sendiri, tidak cocok dengan kakak ipar, mertua yang  kurang pengertian, dan sederet keluhan lain yang pasti amat panjang jika saya tulis semuanya di sini. Padahal semua yang saya keluhkan bukannya datang tiba-tiba tanpa sebab. Semua itu adalah konsekunsi dari sebuah pernikahan yang sudah pernah saya pikirkan dengan matang. Padahal semua itu adalah bagian tak terpisahkan dari sebuah pernikahan. Padahal... Duh Gusti, betapa tak bersyukurnya hambaMu ini. Betapa banyak ni'mat telah Kau berikan pada Kami, sedangkan kami adalah hamba yang penuh dengan kelalaian. Duh Gusti, ampuni kami... Astaghfirullah... Jadi ingat dengan ayat yang diulang-ulang dalam surat yang sudah satu tahun ini saya belum juga hafal karena kemalasan saya sendiri. Fabiayyi aalaa i robbikuma tukadzdzibaan... " Dan ni'mat Tuhan yang manakah yang kamu dustakan.." Special for:
  1. my beloved husband, i really miz u...
  2. sahabat-sahabat yang belum bertemu dengan setengah jiwanya, bersabar dan berdolah, Allah Maha Tahu yang terbaik untuk hambaNya..  
*Tulisan ini saya buat tahun 2009, sebelumnya dimuat di blog saya yang lain. Dalam rangka penertiban, saya pindahkan tulisan tersebut kesini.