“Ikatlah ilmu dengan
menuliskannya.” Sungguh dalam kata-kata yang terucapkan dari seorang sahabat
Rasulullah ini. Dialah Sayyidina Ali, manusia termuda yang masuk Islam pada
awal masa turunnya Islam di jazirah Arab. Dialah sepupu sekaligus menantu
Rasulullah.
Bayangkan dunia tanpa menulis. Apa
yang bisa kita tahu dari kehidupan para pendahulu kita? Terbatas pada penuturan
lisan dari satu generasi ke genarasi lain yang sangat dimungkinkan terjadinya
deviasi, baik penambahan atau pengurangan.
Dunia tanpa menulis, mungkin
manusia tak akan mencapai kemajuan teknologi sepesat ini. Boro-boro blackberry
atau android, membaca dan menulis saja aku sulit…
Menulis adalah kebiasaan para
salafusshalih, para ilmuwan dan semua orang-orang besar lainnya. Siapa yang tak
kenal dengan Imam Al-Ghozali, lalu Ibnu Sina, juga sang perawi hadits yang
sangat terjamin kejujurannya, Imam Bukhori. Menulis adalah bagian tak
terpisahkan dari kehidupan mereka.
Masih ingat dengan sejarah
dibukukannya Al Qur’an? Banyaknya penghafal Al Qur’an yang syahid meresahkan
sang Khalifah Umar hingga ia merintis ditulisnya Al Quran. Penulisan Al-Quran
ini berlanjut dan disempurnakan hingga masa khalifah usman. Terima kasih wahai
para amirul mukminin, hingga kami kini tetap bisa membaca dan mempelajari
Kitabullah.
Tak hanya Al Quran, hingga hadits
pun akhirnya dituliskan. Siapa yang tak kenal dengan sang perawi hadits
yang sangat terjamin kejujurannya, Imam Bukhori. Menulis adalah bagian tak
terpisahkan dari kehidupan mereka.
Menulis adalah kebiasaan para
salafusshalih, para ilmuwan dan semua orang-orang besar lainnya. Imam Ghozali
dengan Ihya Ulumuddinnya yang begitu bermanfaat dan menjadi samudera ilmu bagi
kaum muslimin. Ibnu Katsir dengan tafsirnya. Ibnu Sina dengan dasar-dasar Ilmu
Kedokterannya. Einstein dengan Teori Relativitasnya. Sungguh, menulis membuat
umur mereka melebihi usia hidupnya di dunia.
Menulis membuat ilmu menjadi lebih
bermanfaat, karena semakin banyak orang yang akan membaca tulisan kita,
meskipun kita telah tiada. Dan insya Allah, jika apa yang kita tuliskan
mengandung ilmu yang bermanfaat, selama ilmu itu masih digunakan, akan
mengalirkan pahala bagi kita saat kita sudah di alam kubur nanti.
Menulis, membuat kita mengasah
pikiran juga perasaan. Menulis juga sebagai sarana mengungkapkan kegalauan.
Menulis membuat aku terus belajar. Belajar membaca juga menulis.
Itulah mengapa aku menulis.
Jadi, mari kita menulis. Menulis
apa? Apa saja. Jangan pikirkan apa yang akan kau tuliskan , tapi tuliskanlah
apa yang kau pikirkan. Sementara ini dulu tips dari saya. Maklum, saya sendiri
masih baru belajar menulis.