Selasa, 19 Juni 2012

Mengapa Aku Menulis


“Ikatlah ilmu dengan menuliskannya.” Sungguh dalam kata-kata yang terucapkan dari seorang sahabat Rasulullah ini. Dialah Sayyidina Ali, manusia termuda yang masuk Islam pada awal masa turunnya Islam di jazirah Arab. Dialah sepupu sekaligus menantu Rasulullah.
Bayangkan dunia tanpa menulis. Apa yang bisa kita tahu dari kehidupan para pendahulu kita? Terbatas pada penuturan lisan dari satu generasi ke genarasi lain yang sangat dimungkinkan terjadinya deviasi, baik penambahan atau pengurangan.
Dunia tanpa menulis, mungkin manusia tak akan mencapai kemajuan teknologi sepesat ini. Boro-boro blackberry atau android, membaca dan menulis saja aku sulit…
Menulis adalah kebiasaan para salafusshalih, para ilmuwan dan semua orang-orang besar lainnya. Siapa yang tak kenal dengan Imam Al-Ghozali, lalu Ibnu Sina, juga sang perawi hadits yang sangat terjamin kejujurannya, Imam Bukhori. Menulis adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan mereka.
Masih ingat dengan sejarah dibukukannya Al Qur’an? Banyaknya penghafal Al Qur’an yang syahid meresahkan sang Khalifah Umar hingga ia merintis ditulisnya Al Quran. Penulisan Al-Quran ini berlanjut dan disempurnakan hingga masa khalifah usman. Terima kasih wahai para amirul mukminin, hingga kami kini tetap bisa membaca dan mempelajari Kitabullah.
Tak hanya Al Quran, hingga hadits pun akhirnya dituliskan. Siapa yang tak kenal dengan sang perawi hadits yang sangat terjamin kejujurannya, Imam Bukhori. Menulis adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan mereka.
Menulis adalah kebiasaan para salafusshalih, para ilmuwan dan semua orang-orang besar lainnya. Imam Ghozali dengan Ihya Ulumuddinnya yang begitu bermanfaat dan menjadi samudera ilmu bagi kaum muslimin. Ibnu Katsir dengan tafsirnya. Ibnu Sina dengan dasar-dasar Ilmu Kedokterannya. Einstein dengan Teori Relativitasnya. Sungguh, menulis membuat umur mereka melebihi usia hidupnya di dunia.
Menulis membuat ilmu menjadi lebih bermanfaat, karena semakin banyak orang yang akan membaca tulisan kita, meskipun kita telah tiada. Dan insya Allah, jika apa yang kita tuliskan mengandung ilmu yang bermanfaat, selama ilmu itu masih digunakan, akan mengalirkan pahala bagi kita saat kita sudah di alam kubur nanti.
Menulis, membuat kita mengasah pikiran juga perasaan. Menulis juga sebagai sarana mengungkapkan kegalauan. Menulis membuat aku terus belajar. Belajar membaca juga menulis.
Itulah mengapa aku menulis.
Jadi, mari kita menulis. Menulis apa? Apa saja. Jangan pikirkan apa yang akan kau tuliskan , tapi tuliskanlah apa yang kau pikirkan. Sementara ini dulu tips dari saya. Maklum, saya sendiri masih baru belajar menulis.