Kamis, 07 Juni 2012

Jika aku menjadi

Aku tak tahu apa yang terlintas di benak balita pertamaku yang kini berusia tiga tahun 3 bulan. Sepertinya hampir setiap hal yang pernah ia lihat, dengar dan rasakan ingin selalu ditirunya.Mungkin memang sedang masanya anak umur segitu menjadi peniru ulang dengan photograpic memorynya. Beberapa hari ini Afifah sangat senang bermain "jika aku menjadi". Dengan sangat profesional ia meniru gaya beberapa profesi yang menurut orang tu sangat tidak elit, seperti hal-hal berikut ini. Bersama Ridwan dan Baim, teman sebayanya, Afifah sedang memeragakan menjadi seorang tenaga marketing PT. Pertamina (menjadi petugas pengisi bensin dll di SPBU-red). Dengan suara keras si petugas ini berteriak bensin-bensin, siapa mau isi bensin? Lalu datanglah Ridwan dengan sepeda kecil dan gaya bicara yang masih sangat cadel berkata bu, aku au bisi bisin bu (bu, aku mau isi bensin bu-red). Lalu disusul Baim yang juga menuntun sepeda berkata, iya, aku mau. Kemaren saat sedang ada acara fun cooking di rumah salah seorang temanku, dengan tas selempeng kecil dan salah satu stick jemuran handuk -dua-duanya jelas punya tuan rumah- dia berkata pada teman sebayanya: udah kaya orang minta-minta uang belum? Di lain waktu waktu di rumah dia suka memainkan raket bulutangkis Abi dan dijadikannya sebagai gitar. Greng-greng-greng-greng, udah kaya orang ngamen belum mi? Tanyanya. Semalam saat aku menolak mengambilkan mainan dedeknya untuk dijadikan alat peraga nenek yang minta maem ke rumah, Afifah tak kehabisan akal. Diambilnya dua jerigen yang berisi cairan pelicin untuk menyetrika dan parfum laundry. Ya udah mi, aku jualan air aja ya? Air-air, mau beli air berapa bu? Subhanallah..benar-benar tak berbatas imajinasinya. Baginya dunia adalah tempat untuk bermain. Sebuah dunia masa kecil yang ceria. Senang hati ummi menyaksikanmu bertumbuh, duhai anakku sayang. Sungguh, ingin ku ukir masa kecil buah hatiku dengan hal-hal indah tak terlupakan. Afifah, ummi love you..