Kamis, 23 Oktober 2014

Usia Kepala Tiga

Hm..ternyata waktu semakin cepat berlari hingga membawaku pada usia tiga puluh satu bebrapa hari lagi. Usia tiga puluhan. Tiga puluh, tiga satu, dst. Aku kira usia tiga puluh saat aku kecil adalah usia yang cukup tua. Dan saat aku menginjak usia dua puluhan, akui mengira usia tiga puluhan tidak hanya sekedar usia tua, tapi juga dewasa. Dan kini, saat aku sendiri yang berada di dalamnya...Hm..Apa ya? Entahlah, aku tak tahu. Aku sempat galau saat aku berusia dua puluh sembilan menjelang tiga puluh. Nyatanya aku sendiri belum merasa terlalu tua, meski beranak tiga dan kadang pegal-pegal mulai menghampiri di beberapa bagian tubuh dan beberapa garis keriput halus menetap di wajahku. Suami pun tak pernah komplain (atau aku yang tak sadar ya?) dengan adanya penurunan kecantikanku.
Aku juga merasa belum dewasa karena masih sangat mudah untuk bersikap childish saat ada persoalan yang membebani pikiranku. Di saat yang lain, aku merasa lebih siap menjalani hidup, lebih siap menjalani peran yang aku jalani, terutama sebagai istri, ibu dan pekerja. Ya, tanpa disadari mungkin aku telah mulai matang, dengan segala kekurangan yang harus ditambal disana sini. Hanya saja aku merasa sangat terhibur mengingat perkataan salah seorang murobbiyahku ini :
Usia tiaga puluhan adalah usia puncak bagi wanita. Di usia tiga puluhan, wanita telah sempurna dewasa dan keluarlah segala aura kecantikannya. Pada saat dibangkitkan di surga nanti, maka kita akan dibangkitkan dengan usia sebaya, yaitu usia tiga puluhan.

Jadi, mari buang kegalauan itu. akan kuisi usia tiga puluhan ini dengan hal-hal yang bermanfaat dan meminimalisir kesia-siaan yang selama ini menjadi bagian dari diriku. Insya Allah. Allahu Akbar!!!

(semangat '45 mode on)