Senin, 23 September 2013

Tertarik pada Homeschooling

Semakin banyak aku membaca artikel dan buku tentang homeschooling (HS) maka aku semakin tertarik padanya. Rasa-rasanya HS adalah yang terbaik bagi anak-anakku (dengan banyak syarat tentunya).  Beberapa alasan mengapa aku tertarik pada HS adalah sbb :

1. Keterkaitan orang tua secara aktif dalam pendidikan anak

Sebuah hadits Rasulullah yang sangat terkenal, yang menyebutkan bahwa seorang ibu adalah madrasah bagi anak-anaknya selalu terngiang-ngiang di benakku sejak aku mulai mengenal homeschool. Betapa sekolah pertama dan utama bagi anak-anak adalah keluarganya, orang tuanya, dan terutama sekali adalah ibunya. Bagaimana tidak, sang ibu telah mengandung selama sembilan bulan dan menyusui selama dua tahun. Ibu adalah lingkungan pertama bagi anak dalam mengenal dunia. Dia awal-awal kehidupan sang anak, Ibu selalu berpartisipasi secara aktif dalam pengasuhan, perawatan dan pendidikannya. Apa yang dirasakan oleh seorang Ibu akan juga dirasakan oleh sang nak, dan sebaliknya. Maka sudah selayaknya seorang ibu pasti menginginkan yang terbaik bagi anaknya. Dan hanya HS lah yang memungkinkan orangtua untuk selalu terlibat aktif dalam pendidikan anak. Dalam HS orang tua tidak hanya mendapatkan laporan dari guru memalui buku penghubung tentang perkembangan dan tingkah laku anaknya di sekolah. Dalam HS, orang tua tahu secara "langsung" setiap harinya seperti apa perkembangan anak-anaknya. dan tentunya, ia akan melakukan langkah terapi terbaik bagi permasalahan yang dihadapi anak-anaknya. 

2. HS meningkatkan bonding antara orang tua dan anak

Dalam HS, anak dan orang tua bertemu dalam waktu yang cukup lama setiap harinya. Frekuensi yang sangat sering ini tentu saja akan sangat berguna bagi peningkatan bonding antara orang tua dengan anak. Jika dalam seklah biasa seperti ada jarak antara orang tua dan anak. Beberapa anak malah  yang enggan menceritakan permasalahanya pada orang tua dan lebih memilih teman atau gurunya sebagai teman curhat. Tidak demikian dalam HS. Waktu yang intensif memungkinkan anak dan orang tua untuk salaing belajar memamhami dan menjadi teman yang baik.

3. HS sangat ekonomis

Negara kita memang aneh. Konon pemerintah telah menyediakan anggaran dua puluh persen di bidang pendidikan. Namun besarnya persentase anggaran ini tidak berbanding lurus dengan peningkatan kualitas pendidikan. sekoalh negeri memang tak memungut lagi SPP tiap bulan, namun semakin banyak orang tua yang sangat khawatir untuk menyekolahkan anaknya di sekolah negeri. Sekolah swasta menjamur dengan biaya yang tidak murah. Dari tahun ke tahun, orang tua terpaksa merogoh sakunya semakin dalam untuk membiayai pendidikan anak-anaknya karena tak ingin anaknya bersekolah di tempat yang salah. Tak pernah ada pembatasan dari pemerintah pada sekolah-sekolah swasta. Sekolahpun semakin tak segan mengenakan biaya tinggi, demi mengejar kualiatas katanya. Hal ini tentu saja tak akan terjadi dalam HS, karena orang tua tak perlu membayar uang pangkal, uang gedung, uang pendaftaran, uang bulanan, uang antar jemput, catering dan lain-lain. Orang tua HS hanya perlu melakukan pengeluaran seperlunya seperti membeli buku, membayar biaya langganan internet, biaya ujian kesetaraan.

3. HS membuat anak lebih berani

Kita yang pernah duduk di bangku sekolah tentu pernah atau bahan sering merasakan malu saat akan bertanya atau menjawab pertanyaan dari guru. Terlebih jika kemudian kita mendapatkan "sorak sorai" dari teman sekelas, maka makin merah padamlah wajah kita. Al hasil, kita menjadi malu dan tak bebas berekspresi di kelas. Tidak demikian dengan anak HS. Dia bisa menginterupsi gurunya kapan saja dia ingin bertanya atau mengungkapkan pendapat. Anak HS diajarkan bagaimana mereka berani dalam mengungkapkan pemikirannya tanpa takut disoraki karena salah. Guru HS tentu akan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada anak-anaknya.

4. HS membuat anak dan orang tua lebih kreatif

Sekolah biasa telah memilki sylabus yang tetap dan cenderung itu-itu saja sehingga membatasi kreatifitas anak. Sedangkan dalam HS, orang tua dan anak dipacu untuk terus berkreasi menunjukkan daya ciptanya tanpa ada pembatasan yang mematikan daya kreatifitas anak. Orang tua dan anak bisa mencari sumber kreatifitas dari mana saja untuk diterapkan di sekolah HS.

Saya yakin, masih banyak keunggulan HS dibanding sekolah biasa, hanya saja, sejauh ini saya barulah seorang "pengamat luar" yang belum menjalaninya. Saya harap, suatu hari saya bisa menerapkannya pada anak-anak saya. Just wait n see.