
Saya lebih dulu jatuh cinta pada
anaknya, sebelum saya jatuh cinta padanya. Waktu itu ridho baru berumur tujuh
tahun. Ibunya telah meninggal dalam sebuha kecelakaan lalu lintas sepulang dari
kantor. Sang ayah datang ke rumah untuk menanyakan kesediaan saya untuk menjadi
pendamping hidupnya. Sang anak yang dibawanya benar-benar menyentuh hatiku.
Entah kenapa timbul naluri keibuanku. Anak ini masih sangat membutuhkan
perhatian ibunya, begitu kata hatiku. Tanpa berpanjang lebar, saya katakan pada
ayahnya, “saya tak menghendaki pacaran. Umur saya sudah terlalu tua untuk itu.”
Saya tiga puluh lima tahun waktu itu. Dan akhirnya kami pun menikah.
Sebagaimana layaknya “ibu tiri”,
saya juga mengalami konflik saat baru berumah tangga. Namun saya sangat
beruntung, konflik itu hanya berlangsung tiga bulan. Anak-anak mulai bisa
menerima saya. Mereka merasa saya bisa dijadikan teman bagi mereka. Saya mau
mendengar dan bisa diajak bicara. Saya bukan musuh dalam rumah mereka. Saya
adalah bagian dari keluarga mereka. Saya Ibu mereka. Mereka memanggil saya “Ibu”.
Sungguh ini sebuah kehormatan bagi saya. Kebanggan.
Sudah delapan tahun kami menikah.
Namun hingga usia saya yang lebih dari paruh baya ini, saya tak dikaruniai anak
oleh Allah. Beraneka ragam cara telah kami tempuh. Medis dan Non medis,
semuanya. Namun tak juga menampakkan hasil. Mungkin Allah punya rencana yang
lebih baik dari apa yang saya inginkan. Lihatlah Ridho dan juga kakaknya,
mereka begitu lekat pada saya, seolah-olah saya adalah ibu kandung mereka.
Hampir dalam segala hal, seperti yang dilakukan oleh para Ibu saya juga
berusaha melakukan banyak hal terbaik untuk mereka. Membagi kasih sayang dan
perhatian adalah keharusan bagi saya sebagai Ibu mereka. Memasak, antar-jemput
sekolah, mendampingi mereka belajar, mengambil rapor, merawat saat sakit dan
lain-lain. Saya sangat bersyukur pada Allah atas segala hal yang
dianugerahkannya pada saya. Saya dulu perawat, dan Alhamdulillah saya bisa
merawat anak-anak suami saya. Sungguh benar-benar pengalaman adalah guru yang
terbaik. Allah benar-benar Maha Adil mba…
Seperti dituturkan oleh seorang
Ibu, dalam sebuah pesta barbeque..
*Dalam belaian kasih sayang Ibu
tirinya, Ridho dan kakaknya berhasil mecapai prestasi akademis yang
mengagumkan. Kakak Ridho kini adalah seorang mahasisi ITS sedangkan ridho
pernah mengikuti olimpiade matematika di Manila, Filipina. Dalam waktu dekat ia
akan mengikuti kompetisi matematika di Hongkong.